Ingin sedikit menyinggung dan mengingatkan kembali bahwa kita punya sebuah idealisme, yang merupakan manifestasi cita-cita yang begitu tinggi dan luhur. Makna yang terkandung dari kata-kata yang tertuang dalam idealisme kita ini sungguh luar biasa.
“Betapa inginnya kami agar bangsa ini mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri.
Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika memang tebusan itu yang diperlukan.
Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnya cita-cita mereka, jika
memang itu harga yang harus dibayar.
Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang telah mengharu biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami.
Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik bangsa ini, sementara kita hanya menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan.
Kami ingin agar bangsa ini mengetahui bahwa kami membawa misi yang bersih dan suci, bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu.
Kami tidak mengharapkan sesuatupun dari manusia, tidak mengharapkan harta benda atau imbalan lainnya.
Tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih.
Yang kami harap adalah tercapainya kejayaan pangan bangsa serta kebaikan dari Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta.”
Luar biasa kan?
Namun seringkali saya mempertanyakan seberapa banyak dari kita yang telah menginternalisasi idealisme ini dalam dirinya? Atau bahkan, seberapa banyak yang masih ingat? Pertanyaan ini juga saya tujukan untuk diri saya sendiri…
Bagaimanapun, saat ini kita adalah punggawa pangan bangsa, salah satu pilar yang turut menopang tegaknya kejayaan pangan (yang mungkin saat ini masih dicita-citakan) bangsa ini. Sekali lagi, kita memiliki cita-cita mewujudkan kejayaan pangan bangsa.
Saya berharap, badai apapun yang menanti di depan sana, kita bisa tetap memegang teguh cita-cita dan idealisme ini, meskipun mungkin ketika tidak bersama lagi, dan tantangan mempertahankan idealisme ini semakin berat.
Kejayaan pangan di negeri ini memang belum tercapai. Kondisi ini seharusnya menjadi peluang serta dapat membuka mata dan hati kita untuk berbuat lebih bagi bangsa ini, terutama dengan memanfaatkan kompetensi di bidang pangan. Sebuah pepatah mengatakan bahwa pahlawan bukan orang yang selalu berada pada kondisi terbaik, namun pahlawan selalu melakukan yang terbaik, sekalipun pada kondisi yang tidak baik. Artinya, dengan keadaan pangan di negeri kita ini, kita berpeluang menjadi pahlawan-pahlawan pangan (Amin…).
Caranya? Real strateginya? Optimalisasi strategi dan sasarannya?
Let see, mungkin bisa didiskusikan. Tulisan ini hanya menyampaikan sedikit tentang aspek teoritisnya saja.
“Permasalahan pangan bangsa”, saat ini mungkin sebagian besar dari kita masih menyikapinya dengan sebatas berpikir. Seringkali, kita menemui jalan buntu untuk merealisasikan pemikiran kita, saya pun demikian (numpang curhat!). Minimnya dukungan, keterbatasan wewenang, sulitnya birokrasi, hingga sempitnya waktu dan banyaknya tugas, sering menjadi alasan yang menghalangi kita menganalisis sedalam apa pemikiran kita, atau bagaimana caranya merealisasikan pemikiran-pemikiran itu. Bahkan, kalau kita sangat kurang idealis, bisa saja kita melupakan dan membuang jauh pemikiran itu.
Saya ingin berbagi sebuah quote yang terangkum dalam salah satu buku favorit saya, semoga sedikit memotivasi kita sebagai mahasiswa pangan, untuk terus bergerak menuju cita-cita kejayaan pangan bangsa:
“Pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal dan berkorban dalam mewujudkannya.
Dasar dari semangat (dalam merealisasikannya) adalah hati yang menggelora, dan dasar amal adalah kemauan yang kuat.”
Mari buktikan bahwa kita benar-benar dapat menjadi bagian dari solusi permasalahan pangan bangsa.
ide dari Tito atau mas galih yah? idealisme HIMIt itu?
BalasHapuskak galih
BalasHapus