Aku suka sekali kata ini
Simpel, enak didengar
berkelap-kelip, enak dilihat
bercahaya di tengah pekatnya malam
Aku, bahkan suka dipanggil bintang...
Terima kasih memanggilku bintang...
Bagiku itu berarti doa
Agar bisa menjadi cahaya di dalam gelap...
Sharing and Developing. Cause we're all connected to each other. One inspires the others, one's inspired by the others.
Tampilkan postingan dengan label About Me. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label About Me. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 08 Januari 2011
Minggu, 26 Desember 2010
Rabu, 22 Desember 2010
M.A.M.A
22 Desember 2010
Hari ini Hari Ibu ya?
Ah mama, selalu hanya ingin bicara denganmu ma, sedikit lebih lama...
Aku ingat, belum lengkap kusampaikan kisah tentang pengalaman di Negeri Matahari Terbit itu.
I haven't told u many things yet.
Aku ingat cerita mama tentang sebuah cita-cita yang amat mulia
Menjadi full time wife, full time mother.
Cita-cita yang mama wujudkan dalam nyata,
mamaku...full time mother-ku...
Bisakah aku seperti mama?
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Hari ini Hari Ibu ya?
Ah mama, selalu hanya ingin bicara denganmu ma, sedikit lebih lama...
Aku ingat, belum lengkap kusampaikan kisah tentang pengalaman di Negeri Matahari Terbit itu.
I haven't told u many things yet.
Aku ingat cerita mama tentang sebuah cita-cita yang amat mulia
Menjadi full time wife, full time mother.
Cita-cita yang mama wujudkan dalam nyata,
mamaku...full time mother-ku...
Bisakah aku seperti mama?
Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Jumat, 26 November 2010
Memaafkan Kebodohan Diri
Ya... memberi maaf pada diri sendiri nih... Memberi maaf atas sesuatu yang membuatku melakukan kebodohan terbesar seumur hidup.
Tau kenapa?
Karena memang...karena memang...karena memang kebodohan yang kulakukan ternyata ada alasannya, bahwa sumber dari kebodohan terbesar yang kulakukan, adalah sesuatu yang sangat mungkin membuat sekian banyak orang cerdas lain melakukan kebodohan yang sama. Kebodohan ini, meski melelahkan namun memberi banyak pelajaran.
Dan alasan dari kebodohan berkepanjangan ini...adalah bahwa sumber kebodohan itu tak pernah pergi meninggalkanku, tak pernah sama sekali. Tidak dulu, apalagi hari ini.
Hmm...tapi aku akan banyak belajar dari kebodohan ini, agar tak selamanya bodoh sampai nanti. Belajar lagi, lagi, lagi...
Oya, bersyukur slalu atas sgala kesibukan dan aktivitas positif yang menjaga waktu senantiasa produktif. Karena produktivitas yang berkah, insya Allah menghindarkan dari kebodohan. Calon pebentuk peradaban kan harus cerdas ^^
Tau kenapa?
Karena memang...karena memang...karena memang kebodohan yang kulakukan ternyata ada alasannya, bahwa sumber dari kebodohan terbesar yang kulakukan, adalah sesuatu yang sangat mungkin membuat sekian banyak orang cerdas lain melakukan kebodohan yang sama. Kebodohan ini, meski melelahkan namun memberi banyak pelajaran.
Dan alasan dari kebodohan berkepanjangan ini...adalah bahwa sumber kebodohan itu tak pernah pergi meninggalkanku, tak pernah sama sekali. Tidak dulu, apalagi hari ini.
Hmm...tapi aku akan banyak belajar dari kebodohan ini, agar tak selamanya bodoh sampai nanti. Belajar lagi, lagi, lagi...
Oya, bersyukur slalu atas sgala kesibukan dan aktivitas positif yang menjaga waktu senantiasa produktif. Karena produktivitas yang berkah, insya Allah menghindarkan dari kebodohan. Calon pebentuk peradaban kan harus cerdas ^^
Senin, 22 November 2010
Seperti Cinta Matahari
Seperti cinta matahari pada cakrawala
yang selalu datang semburatnya tiap fajar dan senja
Kadang warnanya merah saga
Seringkali kuning jingga
Hangat...
Seperti itulah cintaku akan berkarya
Dari sekian jumlah karya yang dibuat, iya sih beberapa di antaranya menunjukkan hasil yang baik, menang ini atau dapat penghargaan itu. Ya, wajar kalau hal-hal itu terlihat kemilaunya. Ya, wajar kalau ada yang menganggap hidupku penuh keberuntungan. Ya, wajar kalau banyak yang berpikir "enak ya bisa punya waktu buat bikin karya ini dan itu". Ya, wajar kalau semua bertanya, "Kapan kamu ngerjain semua itu?" Dan wajar kalau ada yang berpendapat, "Seru ya hidupmu!"
Ya, wajar kalau yang keliatan yang enak-enaknya saja...
Tapi tahukah ada apa di balik semua itu? Tahukah berapa kali aku menulis, berapa kali aku berkarya dan gagal? Tahukah berapa kali menelan pil pahit kegagalan akibat tak menemukan nama sendiri di daftar nama pemenang? Hampir ratusan kali mungkin!
Tahukah berapa malam aku melangkan waktu untuk tidak tidur dan memilih bercengkrama dengan laptop dan kertas-kertas untuk membuat sesuatu yang...meskipun sebagian besar tak berhasil tapi tetap kucintai? Dan tahukah tentang waktu-waktu yang teralokasikan sebagai manifestasi kecintaan berkarya........
Ya, beginilah caraku menikmati hidup dan waktu luang.
Untuk malam2 yang dihidupkan dengan pemikiran dan diskusi, untuk waktu-waktu yang terus menemaniku dalam autan referensi ilmu, aku menyebutnya: INVESTASI!
Kalianmungkin tahu tentang rasa ini, mungkin juga tidak... Insya Allah, investasi ini tidak kuharapkan untuk diri sendiri. Huh, terlalu picik untuk memikirkan diri sendiri jika seseorang dikaruniai kapasitas lebih untuk menjadi bagian dari perubahan besar ke arah yang lebih baik! Tidak seperti itu, insya Allah.
Dan untuk itu, biarkan aku kembali berkarya, meresapi hangatnya semangat jihad ilmiy bersama tulisan2 dan pemikiran2... Bismillah. Bi idznillah.
*Sudah kubilang, aku akan kuat! Kalaupun resah, aku tak akan berlama-lama. Cukup kekuatan ruhiyah senantiasa menjagaku teguh dan sabar. Ketika mimpi berversus konsekuensi.
yang selalu datang semburatnya tiap fajar dan senja
Kadang warnanya merah saga
Seringkali kuning jingga
Hangat...
Seperti itulah cintaku akan berkarya
Dari sekian jumlah karya yang dibuat, iya sih beberapa di antaranya menunjukkan hasil yang baik, menang ini atau dapat penghargaan itu. Ya, wajar kalau hal-hal itu terlihat kemilaunya. Ya, wajar kalau ada yang menganggap hidupku penuh keberuntungan. Ya, wajar kalau banyak yang berpikir "enak ya bisa punya waktu buat bikin karya ini dan itu". Ya, wajar kalau semua bertanya, "Kapan kamu ngerjain semua itu?" Dan wajar kalau ada yang berpendapat, "Seru ya hidupmu!"
Ya, wajar kalau yang keliatan yang enak-enaknya saja...
Tapi tahukah ada apa di balik semua itu? Tahukah berapa kali aku menulis, berapa kali aku berkarya dan gagal? Tahukah berapa kali menelan pil pahit kegagalan akibat tak menemukan nama sendiri di daftar nama pemenang? Hampir ratusan kali mungkin!
Tahukah berapa malam aku melangkan waktu untuk tidak tidur dan memilih bercengkrama dengan laptop dan kertas-kertas untuk membuat sesuatu yang...meskipun sebagian besar tak berhasil tapi tetap kucintai? Dan tahukah tentang waktu-waktu yang teralokasikan sebagai manifestasi kecintaan berkarya........
Ya, beginilah caraku menikmati hidup dan waktu luang.
Untuk malam2 yang dihidupkan dengan pemikiran dan diskusi, untuk waktu-waktu yang terus menemaniku dalam autan referensi ilmu, aku menyebutnya: INVESTASI!
Kalianmungkin tahu tentang rasa ini, mungkin juga tidak... Insya Allah, investasi ini tidak kuharapkan untuk diri sendiri. Huh, terlalu picik untuk memikirkan diri sendiri jika seseorang dikaruniai kapasitas lebih untuk menjadi bagian dari perubahan besar ke arah yang lebih baik! Tidak seperti itu, insya Allah.
Dan untuk itu, biarkan aku kembali berkarya, meresapi hangatnya semangat jihad ilmiy bersama tulisan2 dan pemikiran2... Bismillah. Bi idznillah.
*Sudah kubilang, aku akan kuat! Kalaupun resah, aku tak akan berlama-lama. Cukup kekuatan ruhiyah senantiasa menjagaku teguh dan sabar. Ketika mimpi berversus konsekuensi.
Minggu, 21 November 2010
Like Mother, Like Daughter!
Inget pepatah, "Like father, like son" tapi aku lebih suka "like father, like daughter" atau "like mother, like daughter" haha... Iya lah... Secara anak perempuan gitu loh...
Hmm...ga sabar menanti kedatangan orang tua nih. Insya Allah... Masih shock sama ide mama hari ini, haha... Ide super lucu. Hmm... perlu dieksekusi gak ya idenya? Let see deh! Tergantung gimana ceritanya dongeng sebelum tidur malem ini ^^
Hmm...ga sabar menanti kedatangan orang tua nih. Insya Allah... Masih shock sama ide mama hari ini, haha... Ide super lucu. Hmm... perlu dieksekusi gak ya idenya? Let see deh! Tergantung gimana ceritanya dongeng sebelum tidur malem ini ^^
Sabtu, 20 November 2010
One More: My Favorite Spote at IPB
It is about one of my favorite spots at IPB, selain Alhur sama Seafast: tangga di node PAU yang ngadep ke PITP.
Suasana siang hari di sini.... seperti suasana yang kurasakan dulu, di masa kecil: anginnya, wangi rumput dan bunga-bunga kuning kecil yang berguguran.
Aku rasa aku bisa ingat semua kenangan dalam hidup saat berada di sini, kenangan yang berhembus begitu saja bersama angin.
Bahkan hanya sekadar angin pun bisa membuatku sangaaat bahagia. Bagaimana tidak?
Angin...terasa tapi terlihat.
Aku bersyukur atas reseptor-reseptor di permukaan kulit yang masih bisa merespon keberadaan angin, impuls-impuls saraf bekerja optimal dengan cara mengalir dari sinaps ke sinaps....dan otak, subhanallah, menerimanya dengan cepat, kurang dari sepersekian detik.Alhamdulillah.
Suasana siang hari di sini.... seperti suasana yang kurasakan dulu, di masa kecil: anginnya, wangi rumput dan bunga-bunga kuning kecil yang berguguran.
Aku rasa aku bisa ingat semua kenangan dalam hidup saat berada di sini, kenangan yang berhembus begitu saja bersama angin.
Bahkan hanya sekadar angin pun bisa membuatku sangaaat bahagia. Bagaimana tidak?
Angin...terasa tapi terlihat.
Aku bersyukur atas reseptor-reseptor di permukaan kulit yang masih bisa merespon keberadaan angin, impuls-impuls saraf bekerja optimal dengan cara mengalir dari sinaps ke sinaps....dan otak, subhanallah, menerimanya dengan cepat, kurang dari sepersekian detik.Alhamdulillah.
Kamis, 18 November 2010
Kangen Ayah
Tiba-tiba muncul lagi perasaan aneh itu... Kangen ayah... Tiba-tiba aja...
Rasa kangen sama ayah menyeruak gitu aja waktu dapet sms dari Ditmawa yang isinya kalo ga salah:Weekend ini Ebiet G. Ade mau silaturrahim ke IPB.
Dan hari ini rasa itu memuncak!
Ayah, maaf ya putri kecilmu belum bisa jadi sekuat yang ayah harapkan... Sepertinya akan selamanya jadi putri kecil yang manja yah...
Kangen ayah... Kangen kekhawatiran ayah yang selalu cemas waktu aku ingin mencoba hal-hal baru.
Kadang aku merasa, posisi ayah dan mama terbalik. Pertama kali tau anaknya manjat pohon mangga buat ngambil shuttlecock yang nyangkut pas maen badminton, ayah langsung khawatir, cemas... Tapi mama bilang, "Biarkan aja, biar ga ngrepotin orang lain." Waktu pertama kali latihan naik sepeda, nyetir motor, bahkan nyetir mobil, ayah selalu lebih khawatir. Mama bilang anaknya jagoan jadi pasti bisa mandiri. Waktu tau diam-diam anaknya belajar berenang di Bogor, wajah ayah merah karena khawatir. Ayah bilang, "Dulu harusnya ayah aja yang ngajarin kamu." Mama bilang, "Yah, mbak kan belajarnya di kolam renang satu meter, insya Allah aman kok."
Dan kekhawatiran-kekhawatiran ayah yang lainnya...
Waktu SMA, aku pernah sakit lumayan parah, tapi tetep ga mau bolos sekolah, padahal kata dokter harusnya aku rawat inap dan diinfus. Hff... Aku takut jarum, aku ga mau diinfus. Akhirnya mama minta resep aja buat ditebus. Di rumah, aku ga bisa makan obatnya. Ah, segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia medis selalu membuatku stress berat...
Akhirnya, ayah bilang minum air putih saja yang banyak. Mama nambahin, "Makannya harus bener, mbak, jangan kayak biasanya, makan kalo inget, itu pun ga tau ingetnya kapan..."
Dan resmi, selama satu minggu itu aku pulang-pergi rumah-sekolah tiap hari, padahal waktu SMA aku ngekost di kosan yang jaraknya ga lebih dari 300 meter dari depan gerbang sekolah. Itu berarti, tiap hari ayah antar-jemput aku dari rumah ke sekolah yang jaraknya berpuluh kilometer.
Ayah selalu jadi orang yang paling khawatir melihat mukaku lemes karena belum makan. Padahal bukan karena kehabisan uang saku, tapi memang nafsu makanku kelewat buruk. Ayah sering bertanya, "Kapan terakhir beli baju? Kapan terakhir jalan-jalan? Uang sakumu masih berapa? Masih cukup buat ngapain aja? Kapan terakhir kali makan makanan yang kamu suka?"
Tahun lalu, waktu pertama kali aku akan keluar negeri, di telpon mama bilang, "Ayahmu mau berangkat beli tiket ke Jakarta, mau nganter kamu sampe bandara katanya," Tapi kucegah, "Ga usah ma, pesawatku take off subuh-subuh, ntar ayah repot, ayah kan ga tau Jakarta atau Bogor. Nanti ayah berangkat dari mana? Tau pulangnya dari bandara naik apa? Lagian aku bareng temen-temen kok..."
Dan akhirnya, meskipun benar ayah ga jadi nganter, tapi beberapa waktu kemudian setelah aku pulang, dan alhamdulillah... benar-benar bisa pulang ke rumah (bukan ke kosan), ayah menjemputku, dan... Ayah menangis sejadi-jadinya...
Itu bukan pertama kalinya aku melihat ayah menangis, aku sering melihatnya. Dibandingkan mama, ayah lebih sering menangis. Makanya banyak orang bilang karakterku lebih mirip mama daripada ayah.
Ayah selalu bilang bangga padaku, bahwa ayah selalu bersyukur Allah memberinya banyak hal tak terduga yang jauh melebihi harapan. Waktu aku lahir bahkan ayah tak pernah berpikir aku bisa menempati posisi tiga besar terus-menerus selama sekolah, menang olimpiade, juara lomba pidato, debat, esai, apalagi keluar negeri. Ayah tak pernah menuntut.
Dan ayah yang akan selalu rela bekerja jauh lebih keras, jauh lebih lama hingga merelakan malam-malamnya jika tiba saatnya membayar uang semester atau uang kosan. Dulu waktu masih di rumah, ayah begadang semalaman menemani aku kalau musim ujian datang. Begadang sampai berhari-hari tanpa terpejam sedikit pun waktu aku koma selama dua hari, dulu di kelas 3 SD.
Ayah selalu khawatir. Tapi kekhawatiran itu yang selalu membuatku sangat rindu...
Ayah, kadang aku seperti melihat ayah padahal yang kulihat adalah orang lain, padahal cuma kakak tingkat. Tapi yah, aku selalu kehabisan kata-kata waktu ayah nelpon. Entahlah, speechless...
Ayah, terima kasih sudah mengajari anakmu begitu banyak hal. Tentang tepat waktu, tentang terampil, tentang kesopanan, banyak sekali, aku tak ingat semua. Dan sekarang yah, anakmu sangat perlu kemampuan mengaplikasikan ilmu-ilmu kepemimpinan yang ayah ajarkan. Kangen ayah, maaf yah tadi pagi aku speechless waktu ayah nelpon, karena rasa rindu yah, sangat... Teringat waktu pulang lebaran Idul Fitri kemarin, waktu kucium tangan ayah dan mama dengan takzim...
Ayah, tak akan bisa kulupa surat itu, di amplopnya tertulis "Ananda Yolanda Sylvia P." Ayah mengirimiku surat bahkan ketika saat ini berkomunikasi lewat hp begitu mudah, jaringan di internet tanpa batas. Tapi surat itu yang ayah kirimkan sewaktu aku baru masuk tingkat tiga, sungguh manis isinya, manis dikenang, tak terlupakan...
Dalam suasana Idul Adha, kerinduan itu makin terasa. Aku ingin pulang, aku pikir ayah dan mama juga ingin aku pulang. Tapi ayah dan mama pun tau, jadwal akademik tahun ini tidak mengizinkanku sering-sering pulang.
Setidaknya kabar rumah masih selalu meyejukkan hatiku...
Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Rasa kangen sama ayah menyeruak gitu aja waktu dapet sms dari Ditmawa yang isinya kalo ga salah:Weekend ini Ebiet G. Ade mau silaturrahim ke IPB.
Dan hari ini rasa itu memuncak!
Ayah, maaf ya putri kecilmu belum bisa jadi sekuat yang ayah harapkan... Sepertinya akan selamanya jadi putri kecil yang manja yah...
Kangen ayah... Kangen kekhawatiran ayah yang selalu cemas waktu aku ingin mencoba hal-hal baru.
Kadang aku merasa, posisi ayah dan mama terbalik. Pertama kali tau anaknya manjat pohon mangga buat ngambil shuttlecock yang nyangkut pas maen badminton, ayah langsung khawatir, cemas... Tapi mama bilang, "Biarkan aja, biar ga ngrepotin orang lain." Waktu pertama kali latihan naik sepeda, nyetir motor, bahkan nyetir mobil, ayah selalu lebih khawatir. Mama bilang anaknya jagoan jadi pasti bisa mandiri. Waktu tau diam-diam anaknya belajar berenang di Bogor, wajah ayah merah karena khawatir. Ayah bilang, "Dulu harusnya ayah aja yang ngajarin kamu." Mama bilang, "Yah, mbak kan belajarnya di kolam renang satu meter, insya Allah aman kok."
Dan kekhawatiran-kekhawatiran ayah yang lainnya...
Waktu SMA, aku pernah sakit lumayan parah, tapi tetep ga mau bolos sekolah, padahal kata dokter harusnya aku rawat inap dan diinfus. Hff... Aku takut jarum, aku ga mau diinfus. Akhirnya mama minta resep aja buat ditebus. Di rumah, aku ga bisa makan obatnya. Ah, segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia medis selalu membuatku stress berat...
Akhirnya, ayah bilang minum air putih saja yang banyak. Mama nambahin, "Makannya harus bener, mbak, jangan kayak biasanya, makan kalo inget, itu pun ga tau ingetnya kapan..."
Dan resmi, selama satu minggu itu aku pulang-pergi rumah-sekolah tiap hari, padahal waktu SMA aku ngekost di kosan yang jaraknya ga lebih dari 300 meter dari depan gerbang sekolah. Itu berarti, tiap hari ayah antar-jemput aku dari rumah ke sekolah yang jaraknya berpuluh kilometer.
Ayah selalu jadi orang yang paling khawatir melihat mukaku lemes karena belum makan. Padahal bukan karena kehabisan uang saku, tapi memang nafsu makanku kelewat buruk. Ayah sering bertanya, "Kapan terakhir beli baju? Kapan terakhir jalan-jalan? Uang sakumu masih berapa? Masih cukup buat ngapain aja? Kapan terakhir kali makan makanan yang kamu suka?"
Tahun lalu, waktu pertama kali aku akan keluar negeri, di telpon mama bilang, "Ayahmu mau berangkat beli tiket ke Jakarta, mau nganter kamu sampe bandara katanya," Tapi kucegah, "Ga usah ma, pesawatku take off subuh-subuh, ntar ayah repot, ayah kan ga tau Jakarta atau Bogor. Nanti ayah berangkat dari mana? Tau pulangnya dari bandara naik apa? Lagian aku bareng temen-temen kok..."
Dan akhirnya, meskipun benar ayah ga jadi nganter, tapi beberapa waktu kemudian setelah aku pulang, dan alhamdulillah... benar-benar bisa pulang ke rumah (bukan ke kosan), ayah menjemputku, dan... Ayah menangis sejadi-jadinya...
Itu bukan pertama kalinya aku melihat ayah menangis, aku sering melihatnya. Dibandingkan mama, ayah lebih sering menangis. Makanya banyak orang bilang karakterku lebih mirip mama daripada ayah.
Ayah selalu bilang bangga padaku, bahwa ayah selalu bersyukur Allah memberinya banyak hal tak terduga yang jauh melebihi harapan. Waktu aku lahir bahkan ayah tak pernah berpikir aku bisa menempati posisi tiga besar terus-menerus selama sekolah, menang olimpiade, juara lomba pidato, debat, esai, apalagi keluar negeri. Ayah tak pernah menuntut.
Dan ayah yang akan selalu rela bekerja jauh lebih keras, jauh lebih lama hingga merelakan malam-malamnya jika tiba saatnya membayar uang semester atau uang kosan. Dulu waktu masih di rumah, ayah begadang semalaman menemani aku kalau musim ujian datang. Begadang sampai berhari-hari tanpa terpejam sedikit pun waktu aku koma selama dua hari, dulu di kelas 3 SD.
Ayah selalu khawatir. Tapi kekhawatiran itu yang selalu membuatku sangat rindu...
Ayah, kadang aku seperti melihat ayah padahal yang kulihat adalah orang lain, padahal cuma kakak tingkat. Tapi yah, aku selalu kehabisan kata-kata waktu ayah nelpon. Entahlah, speechless...
Ayah, terima kasih sudah mengajari anakmu begitu banyak hal. Tentang tepat waktu, tentang terampil, tentang kesopanan, banyak sekali, aku tak ingat semua. Dan sekarang yah, anakmu sangat perlu kemampuan mengaplikasikan ilmu-ilmu kepemimpinan yang ayah ajarkan. Kangen ayah, maaf yah tadi pagi aku speechless waktu ayah nelpon, karena rasa rindu yah, sangat... Teringat waktu pulang lebaran Idul Fitri kemarin, waktu kucium tangan ayah dan mama dengan takzim...
Ayah, tak akan bisa kulupa surat itu, di amplopnya tertulis "Ananda Yolanda Sylvia P." Ayah mengirimiku surat bahkan ketika saat ini berkomunikasi lewat hp begitu mudah, jaringan di internet tanpa batas. Tapi surat itu yang ayah kirimkan sewaktu aku baru masuk tingkat tiga, sungguh manis isinya, manis dikenang, tak terlupakan...
Dalam suasana Idul Adha, kerinduan itu makin terasa. Aku ingin pulang, aku pikir ayah dan mama juga ingin aku pulang. Tapi ayah dan mama pun tau, jadwal akademik tahun ini tidak mengizinkanku sering-sering pulang.
Setidaknya kabar rumah masih selalu meyejukkan hatiku...
Robbighfir lii wa li waalidayya warhamhumaa kamaa robbayaanii shoghiiroo
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Senin, 15 November 2010
Tapak
Kutinggalkan semua yang memberatkan langkah. Jauh...jauh di belakang! Maaf, tapi, selamat tingggal!
Setelah melepas semua yang memberatkan dan mengikhlaskan segala hal, langkahku, meskipun kecil dan tertatih, terasa semakin ringan dan mantap!
Allah lah sumber dari segala sumber kekuatan....
Aku memang tidak lahir di jalan ini, tapi bolehlah aku berdoa pada Allah Rabbul Izzati agar aku mati di jalan ini. Tak ada yang lebih indah selain senantiasa berada di jalan ini hingga akhir hayat nanti.
Kaena...
Masa muda penuh karya untukmu Tuhan...
Selasa, 09 November 2010
Pergi ke Luar Negeri
Menurutku pergi ke luar negeri adalah sarana, bukan tujuan. Sarana untuk belajar banyak, membangun jaringan lebih luas, mencari inspirasi untuk langkah awal ikut membangun bangsa, dan yang pasti... sarana syiar!
Semoga Allah memudahkan jalan kami
\
Semoga Allah memudahkan jalan kami
\
Kamis, 04 November 2010
Hidupku Luar Biasa! (Memory of 1st November)
Ingin sekali menyatakan bahwa hadiah terindah di umur 21 ini adalah: hidup!
Hidup dengan limpahan kasih sayang tiada tara, hingga syukur yang mendalam pun sungguh tak ada artinya, tak sebanding pula.
Alhamdulillah Ya Allah... Sungguh berharga nikmat usia dariMu.
Dan usia ini adalah kado sekaligus amanah besar, untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya, hingga tiada lagi tersisa untuk hal-hal yang sia-sia.
Amin...
Hidup dengan limpahan kasih sayang tiada tara, hingga syukur yang mendalam pun sungguh tak ada artinya, tak sebanding pula.
Alhamdulillah Ya Allah... Sungguh berharga nikmat usia dariMu.
Dan usia ini adalah kado sekaligus amanah besar, untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya, untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya, hingga tiada lagi tersisa untuk hal-hal yang sia-sia.
Amin...
Rabu, 03 November 2010
Pusing...
Hari ini, seperti 2 tahun yg lalu. Aku mengidentifikasi keberadaan antigen yang akan menyerang. Padahal antigen yang sama, harusnya sel-sel imunku bekerja karena sudah mengenalinya, tapi entah karena sedang idle atau memang belum terbentuk, imunitas itu tak ada. Atau memang antigen ini tidak diketahui cara kerjanya?
Sejak 2 tahun yang lalu, sepertinya sistem detox-ku harus bekerja jauh lebih berat. Meskipun dibandingkan orang lain aku termasuk orang yang cukup menjaga diri (baca: sangat hati2) terhadap xenobiotik, tapi...
Dan sekali lagi, aku makin pusing melihat segala keterkaitan antar tiap fakta yang terangkaikan waktu. Hff... ternyata nggak sesederhana yang aku kira. Dan hari ini aku makin merasa, entah dunia yang makin lambat berputarnya atau tekanan darahku yang makin turun... Bumi tampak berputar di depan mataku.
Apa harus hanya sampai di sini? Pertahananku roboh? Benteng kokoh itu jebol? Hah? Sulit dipercaya...
Selasa, 02 November 2010
Aku Cinta Buku!
2 November 2010
Find out one more wondrous fact 'bout book... That book is medicine.
Beragam inspirasi datang lewat buku-buku dan tulisan. Even today, kembali buku menjadi inspirasi, bahkan lebih dari itu: obat!
Sederhana, sebuah buku bisa mengobati segala rasa kesal di hari yang telah lalu.
Aku teringat tentang Sayyid Quthb, dalam masa-masa sakit hati, beliau memilih larut dalam karya-karyanya dan tenggelam dalam buku-buku. Bukan sekadar tentang mencari kesibukan, tapi karena memang buku memiliki daya tarik yang tak terbahasakan. Ah, buku... sumber inspirasiku.
Kamis, 28 Oktober 2010
Akhir Musim Gugur di Negeri Sakura
Tak sabar lagi! Hampir tak bisa kubayangkan... Rasanya tak sabar hingga hari itu. Akhir musim gugur di negeri sakura kali ini pasti dingin sekali. Tapi toh aku menantinya. Bertepatan dengan momen akhir tahun, yang juga berarti momen pergantian. Banyak2 berdoa aja sih sekarang, semoga kesempatan itu benar2 tergenggam.
Sabtu, 23 Oktober 2010
Ready Already?
When I looked at the girl in the mirrorasking to myself,
"Who will have her then?"
I saw her while asking to herself
"Have you ever think about 'this' before?
She answered,
"Yes, but I'm not sure"
"Have you prepare well?
I mean, you don't even know the certain time, but at least you have to prepare..."
The time?
We'll never be ready even when the time already comes
cause it's not about being ready or not
cause readiness is not a choice, it's a must!
cause the time comes to make us learn,
learn from the real experience
She's still asking,
"Will I be good enough?"
She looked so worry
A second later, she smiled
She said, "I wasn't born as a good already, but I'll learn to be good...
Even for all my lifetime..."
*inspired by Stars Army
"Who will have her then?"
I saw her while asking to herself
"Have you ever think about 'this' before?
She answered,
"Yes, but I'm not sure"
"Have you prepare well?
I mean, you don't even know the certain time, but at least you have to prepare..."
The time?
We'll never be ready even when the time already comes
cause it's not about being ready or not
cause readiness is not a choice, it's a must!
cause the time comes to make us learn,
learn from the real experience
She's still asking,
"Will I be good enough?"
She looked so worry
A second later, she smiled
She said, "I wasn't born as a good already, but I'll learn to be good...
Even for all my lifetime..."
*inspired by Stars Army
Untuk Pertama Kalinya (sangatingindimengerti)
Untuk pertama kalinya
merasa sangat ingin dimengerti
merasa kehilangan banyak sekali energi
untuk mengharmonisasi
Harmonisasi fisik, fikir, dan hati
Jasad, pikiran, dan perasaan
Hff... jangan paksa aku bicara sekarang
karena energiku takkan cukup untu lebih banyak cakap
Karena energi yang terbatas ini telah teralokasikan
untuk melangkah lebh jauh, bergerak makin cepat,
berpikir lebih dalam, berdialektika lebih cerdas,
dan merasa lebih lembut
dan sekali lagi, untuk pertama kalinya, aku sangat ingin dimengerti
merasa sangat ingin dimengerti
merasa kehilangan banyak sekali energi
untuk mengharmonisasi
Harmonisasi fisik, fikir, dan hati
Jasad, pikiran, dan perasaan
Hff... jangan paksa aku bicara sekarang
karena energiku takkan cukup untu lebih banyak cakap
Karena energi yang terbatas ini telah teralokasikan
untuk melangkah lebh jauh, bergerak makin cepat,
berpikir lebih dalam, berdialektika lebih cerdas,
dan merasa lebih lembut
dan sekali lagi, untuk pertama kalinya, aku sangat ingin dimengerti
biarkan hamba kecilMu yang lemah ini mengeluh
Allah....
untuk sekali ini, biarkan hamba kecilMu yang lemah mengeluh
Allah...
bukan bermaksud enggan atau semacamnya
cuma ingin mengadu lewat tulisan
Perjumpaan denganmu sungguh bermakna
sangat rindu waktu-waktu berkualitas berdua saja
pasti Engkau tahu kegelisahan ini
bahwa sungguh hamba kecilMu yang lemah ini takut
takut mengukur kapasitas diri
bukan banyaknya, atau besarnya, atau bergengsinya tugas yang dikhawatirkan
Tidak... Kau tahu ini sesuatu yang lebih dari itu
Kau tahu, tugas-tugas akademik dan tugas-tugas harian
bukan hal-hal yang cukup berat untuk membebani hati ini
Tidak... Kau tahu ini bukan tentang sesuatu yang epistemis seperti itu
Engkau tahu, sepekan yang lalu,
berada di ruangan itu... rasanya udara seperti kehilangan sekian persen oksigennya
Apa ini?
Apa benar ini nyata? Apa benar aku ada di sana?
Oh tidak, rasanya ingin percaya semua ini mimpi belaka
Terasa berat sungguh... aku tak mau percaya
Sepertinya luas telapak kaki kecil ini harus menopang beban yang lebih berat
Pundak yang lemah ini harus menumpu dalam waktu yang lebih lama
Punggung ini makin sakit menggendong lebih banyak
Sampai hari ini, masih sesak nafas terasa
Tidak.... tidak ingin kukeluhkan semuanya
Tidak.... karena aku yakin semua itu
hanya bisa ditopang lebih kuat
dan ditumpu lebih lama
oleh orang-orang yang kuat
bukan oleh kaum yang manja
"Laayukallifu nafsan illaa wus'aha"
Tapi untuk keterkejutan ini
untuk hati yang masih susah percaya ini
untuk jiwa yang masih menganggap dirinya pergi sejenak dari jasad ketika terlelap
biarkan untuk sekali ini, hamba kecilMu yang lemah mengeluh
untuk sekali ini, biarkan hamba kecilMu yang lemah mengeluh
Allah...
bukan bermaksud enggan atau semacamnya
cuma ingin mengadu lewat tulisan
Perjumpaan denganmu sungguh bermakna
sangat rindu waktu-waktu berkualitas berdua saja
pasti Engkau tahu kegelisahan ini
bahwa sungguh hamba kecilMu yang lemah ini takut
takut mengukur kapasitas diri
bukan banyaknya, atau besarnya, atau bergengsinya tugas yang dikhawatirkan
Tidak... Kau tahu ini sesuatu yang lebih dari itu
Kau tahu, tugas-tugas akademik dan tugas-tugas harian
bukan hal-hal yang cukup berat untuk membebani hati ini
Tidak... Kau tahu ini bukan tentang sesuatu yang epistemis seperti itu
Engkau tahu, sepekan yang lalu,
berada di ruangan itu... rasanya udara seperti kehilangan sekian persen oksigennya
Apa ini?
Apa benar ini nyata? Apa benar aku ada di sana?
Oh tidak, rasanya ingin percaya semua ini mimpi belaka
Terasa berat sungguh... aku tak mau percaya
Sepertinya luas telapak kaki kecil ini harus menopang beban yang lebih berat
Pundak yang lemah ini harus menumpu dalam waktu yang lebih lama
Punggung ini makin sakit menggendong lebih banyak
Sampai hari ini, masih sesak nafas terasa
Tidak.... tidak ingin kukeluhkan semuanya
Tidak.... karena aku yakin semua itu
hanya bisa ditopang lebih kuat
dan ditumpu lebih lama
oleh orang-orang yang kuat
bukan oleh kaum yang manja
"Laayukallifu nafsan illaa wus'aha"
Tapi untuk keterkejutan ini
untuk hati yang masih susah percaya ini
untuk jiwa yang masih menganggap dirinya pergi sejenak dari jasad ketika terlelap
biarkan untuk sekali ini, hamba kecilMu yang lemah mengeluh
Selasa, 19 Oktober 2010
This Is Me (OST Camp Rock
I've always been the kind of girl
That hid my face
So afraid to tell the world
What I've got to say
But I have this dream
Right inside of me
I'm gonna let it show, it's time
To let you know
To let you know
This is real, this is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me
Do you know what it's like
To feel so in the dark
To dream about a life
Where you're the shining star
Even though it seems
Like it's too far away
I have to believe in myself
It's the only way
This is real, This is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me
That hid my face
So afraid to tell the world
What I've got to say
But I have this dream
Right inside of me
I'm gonna let it show, it's time
To let you know
To let you know
This is real, this is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me
Do you know what it's like
To feel so in the dark
To dream about a life
Where you're the shining star
Even though it seems
Like it's too far away
I have to believe in myself
It's the only way
This is real, This is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me
Senin, 11 Oktober 2010
???
Tadi pagi-siang praktikum
Ada temen nyoba2 ilmu menganalisis orang...
Dan saya salah satu korban 'percobaannya'
Hadeuh...
Dia bilang,
"Lo mikirnya berat ya? Kalo ngelakuin sesuatu juga setingkat lebih tinggi dari temen2 sebaya lo!"
Tiba2 ada yang nyaut,
"Itu sih kita semua udah tau. Yang laen dong! Apa yang lo liat dari Cipi?"
"Apa ya? Kayak ada kesedihan jauh di dalem diri dia yang gak bisa dibagi sama orang laen. Tapi mungkin karena dia gak mau mikirin kesedihan itu, makanya dia terus-terusan ngejar banyak hal,fokus bikin ini-itu..."
Hmm... Jadi mikir, "Emang iya keliatan gitu ya?"
Menurut saya... mungkin dia ada benarnya.
Ada yang saya simpan sendiri, karena memang tak perlu dibagi, tak menginspirasi.
Tapi bukan kesedihan, hanya memang ada yang tak bisa diceritakan.
Menenggelamkan diri dalam karya-karya.
Karya-karya yang...mungkin bagi sebagian orang tampak seperti pelarian dari kesedihan.
Karya-karya yang bagi saya menjadi ambisi dan misi.
Cita-cita...
Mungkin sebenarnya jiwa melankolis saya cukup tinggi, tapi saya mau jadi orang kuat!
Saya anak pertama.
Mungkin itu faktor utamanya.
Tahukah kawan, tak mudah bagi seorang perempuan jadi anak pertama.
Apalagi dengan dua orang adik yang masih kecil.
Tidak...tidak...
Saya tidak mau mengeluh, saya sayang mereka lillahi ta'ala
Seperti apapun kondisi mereka.
Cuma...
Memang tak mudah...
Entahlah!
Orang tua sepertinya punya banyak tuntutan
Tapi bahkan mereka tak akan berani menyatakannya
Entahlah!
Jadi biarkan saja saya tetap berkarya
dengan karya-karya yang kan menjadikan saya sosok sejarah di masa depan
atau setidaknya
menjadi otentisitas bukti bahwa saya pernah ada di dunia ini.
Entahlah!
Mungkin karena saya tidak bisa membuat langkah-langkah besar untuk menjawab segenap harapan yang tertumpu di pundak,
Maka hanya karya-karya itu yang saya buat.
Jadi biarkan saya berkarya
Mungkin dalam dunia yang tidak kalian mengerti
Tapak-tapak yang melangkah kecil-kecil dan tertatih
pelan dan perlahan
Apa yang bisa dilakukan dengan semua itu?
Tak banyak...
Tapi biarlah ada karya-karya itu
Rabb...sepertinya makhluk kecilmu ini terlalu manja
Tapi paling tidak,
meskipun tak menceritakan pada kalian
Cukuplah saya bisa jujur pada diri saya sendiri
Dzahirnya kuat
Bathinnya juga harus kuat
Satu hal yang paling kuharapkan dari karya-karya itu
Semoga bisa membawa diri ini
Lebih mencintaiMu dari waktu ke waktu
"Sering kita merasa TAQWA, tanpa sadar terjebak rasa, dengan sengaja mencuri-curi, diam-diam ingkar hati. Pada ALLAH mengaku CINTA walau pada kenyataannya pada HARTA pada DUNIA tunduk seraya menghamba" -raihan-
Jauhkan hamba dari yang demikian Yaa Rabb...
Ada temen nyoba2 ilmu menganalisis orang...
Dan saya salah satu korban 'percobaannya'
Hadeuh...
Dia bilang,
"Lo mikirnya berat ya? Kalo ngelakuin sesuatu juga setingkat lebih tinggi dari temen2 sebaya lo!"
Tiba2 ada yang nyaut,
"Itu sih kita semua udah tau. Yang laen dong! Apa yang lo liat dari Cipi?"
"Apa ya? Kayak ada kesedihan jauh di dalem diri dia yang gak bisa dibagi sama orang laen. Tapi mungkin karena dia gak mau mikirin kesedihan itu, makanya dia terus-terusan ngejar banyak hal,fokus bikin ini-itu..."
Hmm... Jadi mikir, "Emang iya keliatan gitu ya?"
Menurut saya... mungkin dia ada benarnya.
Ada yang saya simpan sendiri, karena memang tak perlu dibagi, tak menginspirasi.
Tapi bukan kesedihan, hanya memang ada yang tak bisa diceritakan.
Menenggelamkan diri dalam karya-karya.
Karya-karya yang...mungkin bagi sebagian orang tampak seperti pelarian dari kesedihan.
Karya-karya yang bagi saya menjadi ambisi dan misi.
Cita-cita...
Mungkin sebenarnya jiwa melankolis saya cukup tinggi, tapi saya mau jadi orang kuat!
Saya anak pertama.
Mungkin itu faktor utamanya.
Tahukah kawan, tak mudah bagi seorang perempuan jadi anak pertama.
Apalagi dengan dua orang adik yang masih kecil.
Tidak...tidak...
Saya tidak mau mengeluh, saya sayang mereka lillahi ta'ala
Seperti apapun kondisi mereka.
Cuma...
Memang tak mudah...
Entahlah!
Orang tua sepertinya punya banyak tuntutan
Tapi bahkan mereka tak akan berani menyatakannya
Entahlah!
Jadi biarkan saja saya tetap berkarya
dengan karya-karya yang kan menjadikan saya sosok sejarah di masa depan
atau setidaknya
menjadi otentisitas bukti bahwa saya pernah ada di dunia ini.
Entahlah!
Mungkin karena saya tidak bisa membuat langkah-langkah besar untuk menjawab segenap harapan yang tertumpu di pundak,
Maka hanya karya-karya itu yang saya buat.
Jadi biarkan saya berkarya
Mungkin dalam dunia yang tidak kalian mengerti
Tapak-tapak yang melangkah kecil-kecil dan tertatih
pelan dan perlahan
Apa yang bisa dilakukan dengan semua itu?
Tak banyak...
Tapi biarlah ada karya-karya itu
Rabb...sepertinya makhluk kecilmu ini terlalu manja
Tapi paling tidak,
meskipun tak menceritakan pada kalian
Cukuplah saya bisa jujur pada diri saya sendiri
Dzahirnya kuat
Bathinnya juga harus kuat
Satu hal yang paling kuharapkan dari karya-karya itu
Semoga bisa membawa diri ini
Lebih mencintaiMu dari waktu ke waktu
"Sering kita merasa TAQWA, tanpa sadar terjebak rasa, dengan sengaja mencuri-curi, diam-diam ingkar hati. Pada ALLAH mengaku CINTA walau pada kenyataannya pada HARTA pada DUNIA tunduk seraya menghamba" -raihan-
Jauhkan hamba dari yang demikian Yaa Rabb...
Minggu, 10 Oktober 2010
Sedikit Muhasabah
Dua malam ini
Tidur lebih awal
Entah karena lelah atau karena demam tak mau berkompromi
Karya-karya itu kubiarkan menggantung begitu saja
Tersimpan dalam draft-draft di laptop
Bukan itu yang aku khawatirkan
Terlebih karena dalam dua malam ini
Aku tak bisa terjaga lebih awal
Tetap saja baru terbangun ketuika adzan
Bersyukur tidak ketinggalan subuh
Tapi aku khawatir
Takut...
Khawatir kadar cintaku berkurang padaMu
Takut kadar penghambaanku mulai berkurang padaMu
Ya Illahi...
Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah...
Ssungguhnya tiada daya dan upaya selain dariMu
Ya Illahi...
Aku hanya ingin rasa cinta
yang membawaku lebih dekat dengan cintaMu
dan ingin selalu rindu
untuk lebih menghamba padaMu
Tidur lebih awal
Entah karena lelah atau karena demam tak mau berkompromi
Karya-karya itu kubiarkan menggantung begitu saja
Tersimpan dalam draft-draft di laptop
Bukan itu yang aku khawatirkan
Terlebih karena dalam dua malam ini
Aku tak bisa terjaga lebih awal
Tetap saja baru terbangun ketuika adzan
Bersyukur tidak ketinggalan subuh
Tapi aku khawatir
Takut...
Khawatir kadar cintaku berkurang padaMu
Takut kadar penghambaanku mulai berkurang padaMu
Ya Illahi...
Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah...
Ssungguhnya tiada daya dan upaya selain dariMu
Ya Illahi...
Aku hanya ingin rasa cinta
yang membawaku lebih dekat dengan cintaMu
dan ingin selalu rindu
untuk lebih menghamba padaMu
Langganan:
Postingan (Atom)