Rabu, 02 Februari 2011

Memang Seperti Itulah...

Memang seperti itu dakwah.
Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.


Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(alm. Ust Rahmat Abdullah)


Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah. : In memoriam Ust. Rahmat Abdullah La’allanaa fii barokatillah…. Ya Alloh, karuniakanlah kami panasnya iman yang mampu membakar ruh HAMASAH untuk terus bermujahadah dengan penuh kesabaran….aamiin.

Mari bersama saling mendoakan agar senantiasa istiqomah dalam berdakwah, sekecil apapun kontribusi kita, di manapun kita berada..


Teringat cerita tentang singa dan kijang,
"Setiap pagi seekor kijang terbangun. Saat terbangun ia inget untuk terus berlari kencang, sebab jika tidak berlari kencang, ia akan jadi kijang paling lambat. Dan kijang yang paling lambat akan jadi sarapan singa. Begitu pula dengan singa, setelah terbangun ia harus terus berlari kencang untuk mendapatkan kijang yang paling lambat. Sebab jika tidak, ia tak akan sarapan."

"Terlepas apapun kita, singa atau kijang, harus siap terus berlari... Karena jika tidak, kita akan mati, karena mati kelaparan, atau mati karena diterkam"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar