Sabtu, 30 Oktober 2010

Tentang Wanita dan Cinta

Akhir2 ini saya agak kebingungan menghadapi pertanyaan teman2 (khususnya kaum Adam) yang kadang iseng nanya, "Kenapa sih wanita tu susah dimengerti?"

Haha... Kenapa ya?

Ada yang bilang karena wanita itu lebih dominan feelingnya daripada logikanya.

Apa iya ya? Halah... wong yang kayak saya tu lebih dominan logikanya daripada feelingnya.

Jujur sih, saya sendiri ga bisa jawab pertanyaan di atas. Pasalnya, saya sendiri ga terlalu bisa ngertiin makhluk yang namanya wanita. Jangankan orang lain, orang sama diri sendiri aja kadang saya bingung.

No way! Ini bukan karena saya ga kenal sama diri sendiri, tapi memang yang namanya wanita itu.... ga tau kenapa ya, moodnya cepet banget berubah.

Sebenarnya pengalaman saya soal 'feeling' sungguh sangat terbatas (lebay...), tapi saya cukup suka memperhatikan teman2 saya, apalagi yang katanya lagi fall in love! Haha...

Memperhatikan mereka, saya membenarkan sebuah penuturan yang menyatakan bahwa jika wanita mencintai seseorang, itu akan menjadi hal yang tidak mudah baginya. Bagi wanita pilihan itu berarti banyak hal, siap tersakiti, siap menangis, dan siap menyimpan semuanya dalam palung hati terdalam.

Coba perhatikan ungkapan di bawah ini,

"Mencintai seseorang bukan hal yang mudah.
Bagi sebagian orang, mencintai orang merupakan proses yang panjang dan melelahkan."

Lelah ketika kita dihadapkan pada suatu keadaan yang tidak seimbang antara akal sehat dan nurani.
Lelah ketika kita harus menuruti akal sehat untuk berlaku normal meski semuanya menjadi abnormal.
Lelah ketika pikiran menjadi galau oleh harapan yang tidak pasti.
dan seterusnya...................................



Hanya sebuah sikap diam dan keheningan yang lebih saya pilih..

Diam menunggu sang waktu memberi sebuah moment.
Diam untuk mencatat segala yang terjadi.
Diam untuk memberi kesempatan otak kembali dalam keadaan normal.
Diam untuk mencari sebuah jalan keluar yang mustahil.
Diam untuk menimbang sebuah konsekuensi dari rasa yang harus dipendam.


Sayangnya, dalam keheningan dan diam yang saya rasakan,
lebih banyak rasa galau daripada sebuah usaha untuk mengembalikan pola pikir yang lebih logis.
Galau ketika mata terus meronta untuk sebuah sekelibat pandangan.
Galau ketika mulut harus terkatup rapat meski sebuah kesempatan sedikit terbuka.
Galau ketika mencintai menjadi sebuah pilihan yang menyakitkan
Galau ketika mencintai hanya akan menambah beban hidup
Galau ketika menyadari bahwa segalanya tidak akan pernah terjadi
Galau ketika tanpa disadari harapan terlanjur membumbung tinggi
Galau ketika semua bahasa tubuh seperti digerakan untuk bertindak bodoh.
Apakah mencintai seseorang senantiasa membuat orang bodoh? Tentu tidak.



Dalam kelelahan, diam dan kegalauan yang saya rasakan selama ini, ada rasa syukur atas berkat dari Sang Hidup atas apa yang saya alami.
Syukur ketika rasa pahit menjadi bagian dari mencintai seseorang.
Syukur ketika berhasil memendam semua rasa untuk tetap berada pada zona diam.
Syukur untuk sebuah pikiran abnormal namun tetap bertingkah normal
Syukur ketika rasa galau merajalela tak terbendung.
Syukur ketika rasa perih tak terhingga datang menyapa.
Syukur karena tak ditemukannya sebuah nyali untuk mengatakan "Aku mencintaimu"
Syukur ketika perasaan hancur lebur menjadi bagian dari mencintai.
Syukur ketika harus menyembunyikan rasa sakit dan cemburu dalam sebaris ucapan "aku baik – baik saja"
Syukur atas rahmat hari yang berantakan akibat rasa pedih yang teramat dalam.

Bahwa terkadang akal dan perasaan campur aduk tak tentu arah.
Bahwa saya juga bukan manusia super..
Bahwa saya juga tidak bisa berlaku pintar sepanjang waktu, setiap hari.
Bahwa saya juga punya kebodohan yang kadang susah untuk diterima akal sehat.
Bahwa dengan segala kekurangan yang ada, saya berani mencintai..
Bahwa saya bersedia membayar harga dari mencintai seseorang..
Bahwa saya bersedia menanggung rasa sakit yang luar biasa..
Bahwa saya mampu untuk tetap hidup meski rasa perih terus menjalar..
Bahwa saya masih memiliki rasa takut akan kehilangan dalam hidup..



Membacanya bait demi bait saja membuat saya lelah, apalagi menuliskannya, dan tentu saja, apalagi kalau merasakannya. Saya bukannya takut menghadapi hal-hal sensitif seperti ini. Tidak, saya tidak takut, dan saya juga tidak berminat repot-repot menghindar. Saya tak pernah berminat menghindari masalah, fakta, maupun kenyataan apapun.

Satu saja pesan yang ingin saya sampaikan melalui tulisan dengan judul ini, bahwa bagi wanita, kelelahan terbesarnya adalah pada sisi manusiawinya, yaitu perasaan. Dan tentang perasaan cinta bagi wanita, memilih untuk mengungkapkannya sesuai kutipan sebuah pernyataan yang lebih indah namun tidak memanjakan, lembut namun gagah,

"Cinta adalah energi, yang membuat sang pencinta memiliki tatapan pinta pada Rabbnya. Pandangan kasihnya jatuh jua ke retina cinta, takkan berpaling selamanya. Lalu senyumnyapun merekah, mekar dari kuncup cinta. Bahkan dikala tangis, ia menimba luhnya dari mata air cinta. Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta menjadikan pengecut jadi pemberani, yang bakhil jadi penderma. Si bodoh jadi pintar, mempertajam pena para pengarang, mendatangkan kegembiraan dalam jiwa dan perasaan."

Oh, ini bukan sesuatu yang melankolis saya rasa, hanya sedikit penekanan, agar selamanya wanita menjadikan perasaan sebagai alasan yang menyerap habis energi mereka. Agar justru dengan sebuah titik kelelahan yang disebut perasaan itulah, wanita menjadi kuat.

*ditulis dengan cinta, karena katanya penulis yang menulis dengan cinta bisa membuat tulisannya lebih hidup, jadi mengapa tidak sekalian menulis tentang cinta? hahaha...

Kamis, 28 Oktober 2010

Akhir Musim Gugur di Negeri Sakura

Tak sabar lagi! Hampir tak bisa kubayangkan... Rasanya tak sabar hingga hari itu.  Akhir musim gugur di negeri sakura kali ini pasti dingin sekali. Tapi toh aku menantinya. Bertepatan dengan momen akhir tahun, yang juga berarti momen pergantian. Banyak2 berdoa aja sih sekarang, semoga kesempatan itu benar2 tergenggam.

Rabu, 27 Oktober 2010

Nulis Lagi...


"Nulis itu gak ada teorinya. Semua gak lebih dari sebuah paragraf pertama, diawali kalimat pertama, diinisiasi dari satu kata pertama, dan gak lebih dari hasil induksi huruf pertama"
Menulis adalah proses ekstraksi dari sesuatu yang telah sekian detik atau bahkan sekian tahun mengendap dalam lokus pikiran...

Maka benarlah ketika Toer berkata bahwa "Menulis adalah bekerja untuk keabadian" dan benar pula pepatah Romawi yang menyatakan "verba valent, scripta manent"

Tulisan adalah bangunan epistemis, menulis berarti membangun jembatan pengetahuan antar masa, atau paling tidak, menciptakan bukti otentik dari sebuah pemikiran yang sempat terlintas.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Jagalah Sholatmu, Wahai Saudaraku


Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa ini nampaknya menjadi sebab utama, kenapa banyak dari kaum muslimin tidak mengerjakan shalat. Tak usah jauh-jauh untuk melaksanakan sholat sunnah, sholat 5 waktu yang wajib saja mereka tidak kerjakan padahal cukup 10 menit waktu yang diperlukan untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk. Bukan sesuatu yang mengherankan, banyak kaum muslimin bekerja banting tulang sejak matahari terbit hingga terbenam. Pertanyaannya, kenapa mereka melakukan hal itu? Karena mereka mengetahui bahwa hidup perlu makan, makan perlu uang, dan uang hanya didapat jika bekerja. Karena mereka mengetahui keutamaan bekerja keras, maka mereka pun melakukannya. Oleh karena itu, dalam tulisan yang singkat ini, kami akan mengemukakan pembahasan keutamaan shalat lima waktu dan hukum meninggalkannya. Semoga dengan sedikit goresan tinta ini dapat memotivasi kaum muslimin sekalian untuk selalu memperhatikan rukun Islam yang teramat mulia ini.

Kedudukan Shalat dalam Islam

Shalat memiliki kedudukan yang agung dalam islam. Kita dapat melihat keutamaan shalat tersebut dalam beberapa point berikut ini[1].

1) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Islam itu dibangun di atas lima perkara, yaitu: bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke Baitulloh, dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”[2]

2) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir

Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah shalat. Barangsiapa meninggalkan shalat, maka ia kafir” [3]. Salah seorang tabi’in bernama Abdullah bin Syaqiq rahimahullah berkata, “Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan kafir kecuali shalat.”[4]

3) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan shalat

Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah shalat.”[5]

4) Amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.”[6]

5) Shalat merupakan Penjaga Darah dan Harta Seseorang

Rasulullah shalallahu alaihi wa salam bersabda, ”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mau mengucapkan laa ilaaha illalloh (Tiada sesembahan yang haq kecuali Allah), menegakkan shalat, dan membayar zakat. Apabila mereka telah melakukan semua itu, berarti mereka telah memelihara harta dan jiwanya dariku kecuali ada alasan yang hak menurut Islam (bagiku untuk memerangi mereka) dan kelak perhitungannya terserah kepada Allah Ta’ala.”[7]
Keutamaan Mengerjakan Shalat 5 waktu

Shalat memiliki keutamaan-keutamaan berupa pahala, ampunan dan berbagai keuntungan yang Allah sediakan bagi orang yang menegakkan sholat dan rukun-rukunnnya dan lebih utama lagi apabila sunnah-sunnah sholat 5 waktu dikerjakan, diantara keutamaan-keutamaan tersebut adalah:

1) Mendapatkan cinta dan ridho Allah

Orang yang mengerjakan shalat berarti menjalankan perintah Allah, maka ia pantas mendapatkan cinta dan keridhoan Allah. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (wahai muhammad): “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran: 31)

2) Selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 71). Syaikh Abu Bakr Jabir Al Jazairi Rahimahullahu ta’ala berkata, “Yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ini adalah selamat dari api neraka dan masuk kedalam surga”[8]. Dan melaksanakan sholat termasuk mentaati Allah dan Rasul-Nya.

3) Pewaris surga Firdaus dan kekal di dalamnya

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman … dan orang-orang yang memelihara sholatnya mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-11)

4) Pelaku shalat disifati sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al Baqarah: 2-3)

5) Akan mendapat ampunan dan pahala yang besar dari Allah

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al Ahzab: 35)

6) Shalat tempat meminta pertolongan kepada Allah sekaligus ciri orang yang khusyuk

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al Baqarah: 45)

7) Shalat mencegah hamba dari Perbuatan Keji dan Mungkar

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Ankabut: 45)
Hukum Meninggalkan Shalat

Di awal telah dijelaskan bahwa shalat merupakan tiang agama dan merupakan pembeda antara muslim dan kafir. Lalu bagaimanakah hukum meninggalkan shalat itu sendiri, apakah membuat seseorang itu kafir?

Perlu diketahui, para ulama telah sepakat (baca: ijma’) bahwa dosa meninggalkan shalat lima waktu lebih besar dari dosa-dosa besar lainnya. Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.”[9]

Adapun berbagai kasus orang yang meninggalkan shalat, kami dapat rinci sebagai berikut:

Kasus pertama: Meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya sebagaimana mungkin perkataan sebagian orang, ‘Sholat oleh, ora sholat oleh.’ [Kalau mau shalat boleh-boleh saja, tidak shalat juga tidak apa-apa]. Jika hal ini dilakukan dalam rangka mengingkari hukum wajibnya shalat, orang semacam ini dihukumi kafir tanpa ada perselisihan di antara para ulama.

Kasus kedua: Meninggalkan shalat dengan menganggap gampang dan tidak pernah melaksanakannya. Bahkan ketika diajak untuk melaksanakannya, malah enggan. Maka orang semacam ini berlaku hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan kafirnya orang yang meninggalkan shalat. Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq, mayoritas ulama salaf dari shahabat dan tabi’in. Contoh hadits mengenai masalah ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perjanjian antara kami dan mereka (orang kafir) adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya maka dia telah kafir.”[10]

Kasus ketiga: Tidak rutin dalam melaksanakan shalat yaitu kadang shalat dan kadang tidak. Maka dia masih dihukumi muslim secara zhohir (yang nampak pada dirinya) dan tidak kafir. Inilah pendapat Ishaq bin Rohuwyah yaitu hendaklah bersikap lemah lembut terhadap orang semacam ini hingga dia kembali ke jalan yang benar. Wal ‘ibroh bilkhotimah (Hukuman baginya dilihat dari keadaan akhir hidupnya).[11]

Kasus keempat: Meninggalkan shalat dan tidak mengetahui bahwa meninggalkan shalat membuat orang kafir. Maka hukum bagi orang semacam ini adalah sebagaimana orang jahil (bodoh). Orang ini tidaklah dikafirkan disebabkan adanya kejahilan pada dirinya yang dinilai sebagai faktor penghalang untuk mendapatkan hukuman.

Kasus kelima: Mengerjakan shalat hingga keluar waktunya. Dia selalu rutin dalam melaksanakannya, namun sering mengerjakan di luar waktunya. Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al Maa’un [107] : 4-5)[12]

 *ga inget sourcenya apa

Hikmah Sujud dalam Sholat

Mungkin ramai di kalangan umat Islam tidak sedar mengenai pelbagai hikmah yang tersembunyi ketika sujud. Pada hal, kita perlu sadar bahawa tiada sutu pun ciptaan dan perintah serta larangan Alloh SWT. yang sia-sia, malahan setiap ciptaan itu mempunyai kelebihan yang sebelumnya tidak terjangkau oleh akal manusia.
Manusia hanya boleh sujud kepada Alloh SWT, dan ada dalam dua bentuk, yaitu sujud lahiriah seperti ketika sholat dan sujud spiritual berbentuk ketaatan kepada perintah Alloh SWT dan menjauhi larangan-Nya.
Ulama mengatakan sujud ketika solat adalah waktu manusia paling hampir dekat dengan Alloh SWT dan para ulama mendakwahkan kepada kita untuk melakukan sujud lebih lama.

Oleh karena sujud memiliki faedah yang sangat berarti untuk diri kita, khususnya dalam segi kesehatan, misalnya saja adalah melegakan sistem pernafasan dan mengembalikan kedudukan organ ke tempat asalnya. Dalam sujud usahakan untuk mengatur pernapasan dengan baik dan teratur. Beberapa faedah sujud yang sangat dibutuhkan untuk kesehatan kita, yaitu antara lain:

- membetulkan kedudukan buah pinggang yang keluar sedikit dari tempat asalnya.
- membetulkan pundi peranakan yang jatuh.
- menghilangkan sakit hernia. (burut)
- mengurangi sakit perut yang melilit ketika haid.
- melegakan paru-paru yang sesak terutama bagi perokok.
- mengurangkan saki pada penyakit apendiks(usus buntu) atau limpa(liver).
- kedudukan sujud adalah paling baik untuk beristirahat dan tulang pungung.
- meringankan bahagian pelvis.
- memberi dorongan supaya mudah tidur.
- menggerakkan otot bahu, dada, leher, perut serta punggung ketika akan sujud dan bangun daripada sujud.
- pergerakan otot itu menjadikan ototnya lebih kuat dan elastik, secara automatik memastikan kelicinan perjalanan darah yang baik.
- bagi wanita, pergerakan otot itu menjadikan buah dadanya lebih baik, mudah berfungsi untuk menyusukan bayi dan terhindar daripada sakit buah dada.
- mengurangkan kegemukan.
- pergerakan bahagian otot memudahkan wanita bersalin, organ peranakan mudah kembali ke tempat asal serta terhindar daripada sakit gelombang perut (convulsions).
- organ terpenting iaitu otak manusia menerima banyak bekalan darah dan oksigen.
- mengelakkan pendarahan otak jika tiba-tiba menerima pengepaman darah ke otak secara kuat dan mengejut serta terhindar penyakit salur darah dan sebagainya.

Dari segi psikologi pula, sujud membuatkan kita merasa rendah diri di hadapan Yang Maha Pencipta sekali gus mengikis sifat sombong, riak, takbur dan sebagainya. Dari segi perubatan, kesan sujud yang lama akan menambahkan kekuatan aliran darah ke otak yang boleh mengelakkan pening kepala dan migrain, menyegarkan otak serta menajamkan akal fikiran sekali gus menguatkan mentaliti seseorang.

Menurut kajian, terdapat beberapa urat saraf di dalam otak manusia yang tidak dimasuki darah sedangkan setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal dan sempurna.

*cpast notes orang

HATI


"Aku sesuai dengan dugaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam hatinya, Aku pun ingat pula kepadanya dalam hati-Ku. Dan jika ia ingat kepada-Ku dalam lingkungan khalayak ramai, niscaya Aku pun ingat kepadanya lingkungan khalayak ramai yang lebih baik. Dan jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekat pula kepadanya sehasta. Dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, niscaya Aku mendekat kepadanya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, maka Aku mendatanginya sambil berlari."
(HQR. Syaikhani dan Turmudzi)


Wahai Hati, jujurlah...
Kalau engkau tak sanggup menjadi cemara yang kokoh di puncak bukit ...
jadilah saja belukar yang teguh di tepi jurang...
Belukar itu senantiasa istiqomah dalam perjuangannya untuk hidup.
Ia belajar dari kesehariannya untuk mendewasakan batangnya,
batangnya yang menyanggahnya untuk tidak masuk ke dalam jurang...

Wahai Hati, ketahuilah!!!
Ternyata untuk menjadi belukar saja itu tidak mudah!!!
Belukar harus ikhlas agar ia tak iri pada cemara...
Belukar harus tawadhu agar ia tak sombong pada rumput...
Belukar tetap belukar sampai ia bisa berjumpa dengan Penciptanya...

Wahai Hati, sadarlah!!!
Kalau engkau tak sanggup jadi belukar... jadilah Rumput saja….!
tetapi Rumput yang senantiasa memperkuat pinggiran jalan...

Wahai Hati, ingatlah !!!
Kalau engkau tak sanggup menjadi langit... Jadilah Bumi saja !!!
tetapi Bumi yang setia dan ikhlas untuk dipijaki oleh setiap manusia.
Tidak semua insan sanggup berbuat seperti pengemis yang tawadhu',...
izzahnya tinggi walau orang lain merendahkannya...
karena ia mempunyai HATI sehingga dekat dengan sang Robbil Alamiin.


Allah berfirman dalam Hadist Qudsi :
"Aku sesuai dengan dugaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku. Jika ia ingat kepada-Ku dalam hatinya, Aku pun ingat pula kepadanya dalam hati-Ku. Dan jika ia ingat kepada-Ku dalam lingkungan khalayak ramai, niscaya Aku pun ingat kepadanya lingkungan khalayak ramai yang lebih baik. Dan jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekat pula kepadanya sehasta. Dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, niscaya Aku mendekat kepadanya sedepa. Dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, maka Aku mendatanginya sambil berlari."
(HQR. Syaikhani dan Turmudzi)


Oleh karena itu....
Perhatikanlah hatimu karena ia akan menjadi fikiranmu..
Perhatikanlah fikiranmu karena ia akan menjadi perkataanmu..
Perhatikanlah perkataanmu karena ia akan menjadi perbuatanmu..
Perhatikanlah perbuatanmu karena ia akan menjadi kebiasaanmu..
Perhatikanlah kebiasaanmu karena ia akan menjadi karaktermu...
Dan Perhatikanlah karaktermu karena ia akan menjadi lintasan hatimu.

InsyaALLAH....

last Words !

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya" (QS. Al-Israa':36)

believe there's a hero in all of us, that keeps us honest, gives us strength, makes us noble, and finally allows us to die with pride, even though sometimes we have to be steady, and give up the thing we want the most. Even our dreams.

*ga tau sourcenya

Empat Jenis Karakter Pelajar

Dalam proses belajar-mengajar, karakter seseorang itu dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Seseorang yang pintar dan menyadari kepintaran yang dimilikinya, dialah yang disebut dengan orang yang memiliki ilmu atau kerennya adalah "siswa/mahasiswa yang terpelajar". Seseorang jenis ini sangat dibutuhkan oleh Bangsa dan Agama untuk memperbaiki peradaban Indonesia kedepannya.


2.Seseorang yang pintar dan tidak menyadari kepintaran yang dimilikinya, dialah yang disebut dengan orang yang lupa atau kerennya adalah "Siswa/Mahasiswa yang sedang belajar". Seseorang jenis ini butuh teman yang bisa mengingatkan saat seseorang ini tengah minder,merasa tidak bisa apa-apa, padahal sebetulnya dia sangat bisa dengan kemampuan yang dimilikinya.


3.Seseorang yang bodoh dan menyadari kebodohannya yang dimilikinya, dialah yang disebut dengan orang yang belum tahu atau kerennya adalah "Siswa/Mahasiswa yang mau belajar". Seseorang jenis ini tidak pernah malu untuk mengakui bahwa dirinya Bodoh dan tidak tahu, sebab dengan keterusterangannya seseorang itu bisa terus belajar untuk menjadi orang yang pintar


4.Seseorang yang bodoh dan tidak mau menyadari kebodohannya yang dimilikinya, dialah yang disebut dengan orang yang sangat bodoh atau kerennya adalah "Siswa/Mahasiswa yang enggan belajar". Seseorang jenis ini yang sangat merugikan bangsa maupun agama, sebab dengan sifatnya yang pura-pura benar padahal salah, seseorang ini tengah menciptakan kebodohan yang bertingkat-tingkat dan termasuk tipe yang tidak mau berkembang.

Al-Farabi


Alfarabi, Komposer Besar Muslim Yang Tidak Cinta Dunia

Selama ini kita hanya tahu kalau jagoan musik itu orang-orang seperti Mozart, Bach, atau komposer-komporser barat lainnya. Padahal jauh sebelumnya, dunia Islam sudah melahirkan seorang musisi jenius: Al Farabi!

Nama sebenarnya Abu Nasr Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Tarkhan Ibnu Uzlaq Al Farabi. Beliau lahir pada tahun 874M (260H) di Transoxia yang terletak dalam Wilayah Wasij di Turki. Bapaknya merupakan seorang anggota tentara yang miskin tetapi semua itu tidak menghalanginya untuk menimba ilmu di Baghdad. Kenapa di Baghdad, ini karena pada zaman itu semua ilmu memang berkumpul di Syria atau Irak.

Setelah beberapa waktu lamanya tinggal di Irak, Al Farabi memutuskan hijrah ke Damsyik, sebelum meneruskan perjalanannya ke Halab. Semasa di sana, beliau berkhidmat di istana Saif al-Daulah dengan gaji empat dirham sehari. Hal ini menyebabkan dia hidup dalam keadaan yang serba kekurangan.

Walaupun Al-Farabi merupakan seorang yang zuhud, tetapi beliau bukan seorang ahli sufi. Beliau merupakan seorang ilmuwan yang cukup terkenal pada zamannya. Dia berkemampuan menguasai pelbagai bahasa.

Bicara soal keahliannya yang utama apalagi kalo bukan dalam soal musik. Lagu yang dihasilkannya meninggalkan kesan secara langsung kepada pendengarnya. Selain mempunyai kemampuan untuk bermain musik, beliau juga telah mencipta satu kesenian yang kelak jadi identitas orang Arab. Apalagi kalo bukan musik gambus.

Tapi kemampuan Al-Farabi bukan sekadar itu. Beliau juga memiliki ilmu pengetahuan yang mendalam dalam bidang kedokteran, sains, matematika, dan sejarah. Satu lagi keterampilannya sebagai seorang ilmuwan yang terulung dalam bidang falsafah. Bahkan kehebatannya dalam bidang ini mengatasi ahli falsafah Islam yang lain seperti Al-Kindi dan Ibnu Rusyd.

Di bidang musik, sumbangan terbesarnya dalam sejarah adalah sebuah buku yang berisi tentang pengajaran dan teori musik Islam: Al-Musiqa. Asal tahu saja, buku ini sampai sekarang masih dianggap jadi buku musik yang terpenting dalam bidang musik di seluruh dunia. Soalnya, Al-Farabi konon yang pertama meletakan dasar-dasar tentang not balok dan segala sesuatu yang berhubungan dengan musik-musik modern zaman sekarang.

Sebagai seorang ilmuwan yang tulen, Al-Farabi turut memperlihatkan kecenderungannya menghasilkan beberapa kajian dalam bidang kedokteran. Walaupun kajiannya dalam bidang ini tidak menjadikannya masyhur tetapi pandangannya sudah memberikan sumbangan yang cukup bermakna terhadap perkembangan ilmu kedokteran di zamannya.

Al-Farabi terdidik dengan sifat qanaah (sederhana). Sifat itu menjadikan beliau seorang yang amat sederhana, tidak gila akan harta dan tidak cinta dunia. Beliau lebih menumpukan perhatian untuk mencari ilmu daripada mendapatkan kekayaan duniawi. Sebab itulah Al-Farabi hidup dalam keadaan yang miskin sehingga beliau menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 950M (339H).

sumber:www.eramuslim.com

AlKhawarizmi

Al Khawarizmi Penemu Angka Nol 0

Dunia Eropa / Barat dari dulu sampai dengan sekarang sepertinya mengklaim bahwa Gudang Ilmu Pengetahuan berasal dari kawasan Eropa / Barat tapi tahukah anda, sejatinya asal Gudang Ilmu Pengetahuan berasal dari kawasan Timur Tengah yaitu Mesopotamia yang menjadi peradaban tertua di dunia.


Masyarakat dunia sangat mengenal Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar. Namun, dibalik kedigdayaan Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar ternyata hasil pemikirannya sangat dipengaruhi oleh ilmuwan Muslim bernama Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Dia adalah seorang tokoh yang dilahirkan di Khiva (Iraq) pada tahun 780. Selama ini banyak kaum terpelajar lebih mengenal para ahli matematika Eropa / Barat padahal sejatinya banyak ilmuwan Muslim yang menjadi rujukan para ahli matematika dari barat

Selain ahli dalam matematika al-Khawarizmi, yang kemudian menetap di Qutrubulli (sebalah barat Bagdad), juga seorang ahli geografi, sejarah dan juga seniman. Karya-karyanya dalam bidang matematika dimaktub dalam Kitabul Jama wat Tafriq dan Hisab al-Jabar wal Muqabla. Inilah yang menjadi rujukan para ilmuwan Eropa termasuk Leonardo Fibonacce serta Jacob Florence.
Muhammad bin Musa Al Khawarizmi inilah yang menemukan angka 0 (nol) yang hingga kini dipergunakan. Apa jadinya coba jika angka 0 (nol) tidak ditemukan coba? Selain itu, dia juga berjasa dalam ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tanget, persamaan linear dan kuadrat serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral). Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tangent) adalah yang menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini.
 

Al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi. Karyanya Kitab Surat Al Ard menggambarkan secara detail bagian-bagian bumi. CA Nallino, penterjemah karya al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin, menegaskan bahwa tak ada seorang Eropa pun yang dapat menghasilkan karya seperti al-Khawarizmi ini.



sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3179046

Sesama Muslim Itu...

Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan bagaimana hubungan muslim yg satu dengan yang lainnya, sebagaimana hadits berikut ini :

1. Abdullah bin Umar RA mengatakan, Rasulullah SAW bersabda: "Orang muslim adalah saudara bagi saudaranya yang lain, tidak berbuat zalim kepadanya dan tidak menghinakannya.  Barang siapa peduli pada kebutuhan saudaranya, maka Alloh akan memenuhi kebutuhannya. Barang siapa menghilangkan kesusahan seorang muslim, maka Alloh akan menghilangkan kesusahannya pada hari kiamat kelak. Dan barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Alloh akan menutup aibnya pada hari kiamat kelak. ( Hadits Riwayat Mutafakkun 'Alaih)

2. Nu'man bin Basyir memberitahukan, Rasulullah SAW bersabda: " Perumpamaan orang muslim dalam cinta-mencintai, kasih mengasihi dan sayang-menyayangi adalah laksana satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuhnya akan merasakan demam."
( Hadits Riwayat Mutafakkun 'Alaih)

3. Abu Musa Al-Asy'ari membaritahukan, Rasulullah SAW bersabda: "Orang mu'min dengan orang mu'min laksana bangunan yang masing-masing bagian saling memperkuat."( Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi)

4. "Dari Anas bin RA dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Tidaklah (sempurna) iman seseorang diantara kalian hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri". (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim). Padahal sesama muslim adalah saudara.

Dear Blog

Dear blog,
Entah akhir2 ini memang sisi manusiawiku kelewat sering muncul
Atau memang integritasku mulai berkurang

Aku menyadari setidaknya ada 1 hal yang benar2 menyesakkan hati

Tak peduli seberapa tinggi kredibilitas kita
Tak peduli tak ada sejarah bahwa kita pernah mencederai amanah
Tak peduli seberapa tingginya standard kerja yang kita tetapkan
Tetap saja kita manusia dengan berbagai keterbatasannya

Pengennya jadi orang yg gampang nangis
Kalo jadi orang itu
Kayaknya sekarang aku udah nangis heboh
Tapi toh buatku, nangis itu susah...

Bagiku gagal dalam pencapaian pribadi itu wajar
bukan hal besar
Sederhana, aku bisa melewati semuanya dengan senyum tetap mengembang


Tapi ini tidak sederhana
Betapapun aku berusaha untuk terus optimal dalam setiap amanah
Toh pada akhirnya tidak semua terselesaikan dengan sempurna
Khususnya untuk amanah yang satu ini
Amanah yang tidak ada dalam koridor struktur apapun
Amanah yang hanya didasarkan pada sebuah akad dari dua orang manusia yang ingin memberi sesuatu untuk sesama

Tak sekalipun aku pernah berpikir untuk menganggap ini hal sederhana
atau menomorsekiankan setelah yang lainnya
Tapi bukankah, memang ada prioritas yang harus diatur?
Dan  insya Allah, berdasar kepada kaidah fiqih prioritas aku mengaturnya
Aku buat targetannya, rencana strategisnya, breakdown planningnya...
Semuanya...

Tapi ternyata aku perlu kesempatan kedua
Aku yakin, gagal pada percobaan pertama adalah hal yang wajar
Tapi kali ini benar2 menyesakkan

Apa aku harus berkata lantang pada seluruh dunia
tentang apa saja yang kukerjakan sebenarnya?
Apa mereka perlu tau baru mau percaya?

Oh itu gila!
Yang benar saja!
Apa mereka bisa mengerti  kalo semua yang kukerjakan bukan untuk kesia2an?
Apa mereka bisa mamahami bahwa untuk sekadar tidur saja perlu alasan?
Oh, aku tak peduli mereka mau mengerti atau tidak
Jujur, kadang ingin berkata, "Aku lelah."
Tapi aku menampik keinginan bodoh itu...
"Aku masih punya banyak cadangan energi, aku masih kuat!"
Itu yang selalu kukatakan pada diri sendiri

Kini biarkan aku bertanya pada dunia,
"Tak bolehkan aku salah sedikit saja?"
"Tak bolehkah aku sesekali gagal?"
"Apa ini yang kau harap dariku? Sebuah kesempurnaan?"
"Kau tau kau tak akan mendapatkannya, lalu kenapa kau memaksa?"
"Tolong, untuk sekali ini saja, mengertilah, mengertilah...
Bahwa sungguh amanah ini bukan perkara mudah..."

*jangan biarkan beban ini meringankan langkah2ku...langkah kaki ini masih terlalu kecil2...ia ingin berlari kencang,tapi segala yang tertumpu di pundak,tergendong di punggung,dan terserakdi kaki menghalangi kecepatan ini,sungguh aku tak mau mengeluh,tapi biarlah...biarlah hanya di atas sajadah dan dalam tulisan ini aku ceritakan segala kesal dan gelisah,sakit dan duka...biar kubagi rata agar mampu kembali berdiri kemudian berlari lagi...

Mahasiswa Cerdas, Masyarakat Mandiri Pangan


Manusia bukan tumbuhan yang memiliki klorofil untuk berfotosintesis. Perjalanan hidup manusia tak dapat dipisahkan dari kebutuhan akan pangan. Meski demikian, wacana “pangan sebagai hak asasi manusia” pada akhirnya hanya menjadi sebuah dialektika. Sebab jika pangan menjadi hak asasi, artinya setiap individu berhak memerolehnya secara cuma-cuma, tak akan ada lagi industri yang bergerak di bidang pangan sehingga hal ini tentu saja akan menimbulkan kerugian tak terhingga bagi praktisi industri pangan. Maka hingga hari ini, pangan tetap menjadi komoditas komersil. Sayangnya, banyak masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang masih mengalami berbagai permasalahan pangan. Bagi mereka, mungkin keamanan pangan adalah faktor nomor sekian yang akan dipertimbangkan dalam memilih makanan, karena bahkan memenuhi standar kecukupan jumlah pangan pun masih sulit.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan menyebutkan bahwa “Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”. Istilah “rumah tangga” dalam undang-undang ini tentu saja dimaksudkan untuk merepresentasikan individu-individu yang terdapat di dalamnya. Undang-undang ini pun menyatakan bahwa istilah “pangan yang cukup” tidak hanya mengacu pada jumlahnya, tetapi juga mutu, keamanan, dan keterjangkauannya oleh masyarakat. Artinya, melalui undang-undang ini sebenarnya pemerintah berusaha menjamin kecukupan pangan masyarakatnya.

Lalu mengapa masih banyak kasus kelaparan maupun malnutrisi di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya pada skala ekonomi menengah ke bawah? Padahal berbagai program subsidi pangan telah dijalankan, minimal masyarakat miskin dapat merasakan program raskin (beras untuk rakyat miskin) setiap bulannya? Jawabannya adalah, karena konsepsi ketahanan pangan itu sendiri belum terwujud di negara kita. Ironisnya, upaya mewujudkan ketahanan pangan ini seolah jalan di tempat. Mengapa? Karena hanya segelintir orang yang benar-benar memerhatikannya.

Kemudian pertanyaan berikutnya adalah, “Bagaimana menyukseskan upaya mewujudkan ketahanan pangan ini sehingga dengan pangan yang cukup, aman, dan bermutu, dapat mengentaskan masyarakat dari bahaya kelaparan dan malnutrisi?” Tentu saja hal ini akan menuntut sinergi peran dari banyak pihak, pemerintah, masyarakat umum, akademisi, bahkan pihak-pihak swasta. Maka pertanyaan terpentingnya adalah, “Sebagai mahasiswa, apa yang dapat kita lakukan untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa ini?”

Mahasiswa adalah kalangan yang dianggap sebagai kaum intelektual oleh masyarakat. Oleh karena itu, segala bentuk tindakan yang diambil mahasiswa untuk berkontribusi dalam membantu mengatasi permasalahan pangan bangsa ini tentunya harus berdasarkan keilmuan dan pemikiran yang logis. Mahasiswa dapat mengkritisi kebijakan pemerintah manakala sikap kritis itu dapat menjadi pertimbangan untuk merumuskan kebijakan yang lebih berpihak pada kesejahteraan masyarakat, misalnya dengan mengkaji, “Apakah program raskin cukup dapat membantu masyarakat miskin memenuhi kebutuhan pangannya? Bagaimana mereka bisa mendapatkan bahan pangan pokok lainnya? Apakah kandungan raskin cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka sehingga peluang malnutrisi dapat diminimalkan? Kalau tidak, bgaaimana seharusnya kebijakan yang dibuat?” Jawaban dari pertanyaan terakhir haruslah solutif.

Lebih dari sekadar mengkritisi kebijakan, mahasiswa harus lebih membuktikan dengan tindakan nyata, misalnya dengan belajar ilmu-ilmu yang berkaitan dengan pangan dan gizi. Ilmu-ilmu yang dipelajari ini tentu saja tidak akan terlalu bermanfaat jika belum ditransformasi dalam tindakan-tindakan nyata membantu masyarakat. Dengan memanfaatkan ilmu-ilmu pangan, mahasiswa dapat memberi pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat di daerah-daerah rawan kelaparan dan malnutrisi untuk memanfaatkan potensi sumber daya pangan apapun yang terdapat di daerah-daerah tersebut menjadi bentuk pangan yang lebih bergizi dan memiliki nilai tambah. Hal ini dalam jangka pendek akan membantu masyarakat memenuhi kebutuhan pangan yang cukup dan bergizi dalam skala kecil, yaitu skala masyarakat itu sendiri. Dalam jangka panjang, mahasiswa dapat membantu masyarakat membangun kemandirian usaha berbasis pangan loksal yang pada gilirannya juga dapat membantu mewujudkan ketahanan pangan nasional. Penulis yakiin, kegiatan-kegiatan mahasiswa semacam ini akan banyak mendapat dukungan, baik dari pihak universitas, pemerintah, maupun organisasi-organisasi swasta yang peduli pada kondisi pangan bangsa.

Jika hal ini dilakukan di banyak tempat, proyeksi berhasilnya program akan jauh lebih besar, namun sebelumnya diperlukan model pengembangan di beberapa tempat terlebih dahulu. Tidak hanya mahasiswa pangan dan gizi yang dapat melakukan hal ini, mahasiswa dengan basis bidang keilmuan lain pun dapat membantu asalkan mau sedikit mempelajari ilmunya. Tak akan terlalu rumit, hanya butuh niat yang lurus dan tekad yang utuh serta usaha yang konsisten.

Mari berjuang secara cerdas untuk wujudkan kejayaan pangan bangsa. Hidup mahasiswa!!! Hidup pangan Indonesia!!!

My President, My Hero


Indonesia butuh Gatot Kaca!”
Ungkapan tersebut adalah tulisan yang terbaca pada kaos oblong bertema nasionalisme yang diproduksi dan dipasarkan oleh sekelompok mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB). Ungkapan ini senada dengan quote Bertolt Brecht yang cukup terkenal, yaitu Unhappy the land that is in need of heroes”. Mencermati kedua ungkapan di atas, rasanya kita kembali diingatkan pada kondisi negara kita yang telah lebih dari satu dasawarsa mengalami guncangan dalam berbagai hal, tak terkecuali kepemimpinan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika pemerintahan yang tidak stabil. Pada tahun 1998 hingga 2004, tercatat Indonesia memiliki tiga orang Presiden, hanya dalam kurun waktu enam tahun.
Ya, kita butuh pemimpin yang juga pahlawan!
Pasca runtuhnya rezim Orde Baru Soeharto, tampuk kepemimpinan bangsa Indonesia mengalami kegoyahan luar biasa. Praktek kepemimpinan diktatorial dan korupsi terselubung selama tiga puluh dua tahun perlahan terurai beberapa bagiannya sehingga menimbulkan reaksi kebencian masyarakat. Bahkan, pemuda dan mahasiswa tak jarang melakukan aksi frontal. Tak hanya itu, Orde Reformasi yang menggantikan Orde Baru tidak mendapat cukup mendapatkan trust dari masyarakat bangsa ini sehingga berakibat pada minimnya public respect terhadap pemerintahan yang sedang berjalan.
Faktanya dapat dilihat dari singkatnya masa jabatan Presiden pada tahun 1998 sampai 2004. Setelah Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, kursi Presiden diambil alih oleh B. J. Habibie hingga 20 Oktober 1999. Kemudian melalui Pemilu 1999, jabatan Presiden Republik Indonesia dipegang oleh K.H. Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. Masa pemerintahan beliau pun tak genap lima tahun, pada 23 Juli 2001, beliau digantikan oleh Megawati Soekarnoputri hingga 20 Oktober 2004. Megawati kembali mencalonkan diri menjadi Presiden Indonesia pada Pemilu 2004, namun kalah oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang masih menjadi presiden Indonesia hingga kini sebab beliau kembali terpilih menjadi Presiden RI melalui Pemilu 2009.
Di antara keempat Presiden yang disebut terakhir, masa jabatan Presiden SBY terhitung paling lama. Presiden Habibie hanya menjabat selama satu tahun lima bulan. Gus Dur pun hanya menjabat kurang dari dua tahun karena mandatnya dicabut oleh MPR. Megawati menjabat selama tiga tahun tiga bulan.
Singkatnya masa jabatan Presiden Indonesia pada awal bergulirnya Orde Reformasi adalah akibat rendahnya kepercayaan masyarakat kepada Presiden dan kabinet bentukannya. Pemerintahan pada masa itu dinilai tidak dapat menjadi solusi atas permasalahan-permasalahan yang menimpa bangsa ini. Pemimpin tidak mampu menunjukkan kapabilitasnya untuk mengatasi permasalahan secara taktis dan strategis. Publik menilai rendahnya kredibilitas maupun integritas pemimpinnya. Ini menandakan bahwa pemimpin tertinggi bangsa ini tidak mampu menciptakan trust dari konstituen utamanya, yaitu masyarakat. Bahkan, kepemimpinan Presiden SBY yang bertahan cukup lama hingga saat ini pun tidak dapat menciptakan kepercayaan publik secara menyeluruh.
            “Mereka hanya bisa berjanji, tapi tak ada bukti!” keluh masyarakat.
            Maka, pahlawan yang dibutuhkan bangsa ini adalah pemimpin strategis dengan gaya kepemimpinan efektif. Lalu apa yang disebut dengan kepemimpinan yang efektif?
            Peter F. Drucker, menyatakan bahwa pondasi dari kepemimpinan yang efektif adalah memikirkan visi dan misi organisasi, mendefinisikannya, dan menegakkannya secara jelas dan nyata. Lebih lanjut, beliau menyatakan bahwa pemimpin efektif bukanlah pengkhotbah, mereka adalah pelaku.     
Artinya, pemimpin yang efektif bagi bangsa ini adalah pemimpin yang dapat menentukan arah, ke mana bangsa ini dibawa. Jika bangsa dan negara ini diibaratkan sebagai sebuah kapal, maka pemimpin adalah nahkoda. Hal ini tidak hanya berlaku bagi sebuah negara, tetapi juga bagi semua lembaga sampai organisasi terkecil yang berada di dalamnya. Sebab, eksisitensi sebuah negara didukung pula oleh eksistensi segala bentuk organisasi yang hidup pada negara tersebut. Jika manajemen dalam semua, atau minimal sebagian besar organisasi di Indonesia telah diperkuat oleh kepemimpinan yang efektif, maka optimisme menciptakan kepemimpinan efektif pada tingkat negara akan dapat diwujudkan.
            Setelah seorang pemimpin mampu menentukan arah, atau dalam hal ini lebih lazim disebut visi, ia pun harus dapat menentukan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan untuk menuju visi tersebut, sesuai dengan prioritas yang harus dicapai. Langkah-langkah ini yang disebut sebagai misi organisasi. Setelah mengidentifikasi langkah-langkah yang hendak dilakukan, ia dapat melaksanakannya secara jelas dan nyata. Maka, pemimpin bukan hanya bicara, ia juga melakukan apa yang ia katakan, dalam kondisi tersulit sekalipun. Inilah yang disebut dengan pemimpin berintegritas.
            Visi yang dibentuk haruslah bersifat global dan strategis, sedangkan misi bersifat taktis. Penentuan visi dan identifikasi misi haruslah melihat kondisi kekinian, serta mempertimbangkan proyeksi kondisi di masa yang akan datang, beserta peluang dan ancaman yang mungkin muncul. Pemimpin yang diharapkan oleh bangsa kita saat ini adalah pemimpin yang mampu melihat di mana kita sekarang berada. bahwa saat ini sudah bukan masanya masyarakat dininabobokan dengan dongeng kekayaan alam Indonesia. Maka pemimpin harus mampu mengelola, tidak hanya sumber daya alam, tetapi juga manusia. Artinya, pemimpin idealnya mampu mentransformasikan basis pembangunan, dari natural resources capital menjadi human capital. Tidak hanya sebatas paradigma, tetapi juga melalui aksi nyata. Soekarno, Presiden pertama kita telah menyatakan hal ini berpuluh tahun lalu.
            Visi yang strategis, maksudnya adalah visi jangka panjang. Pemimpin efektif mampu merumuskan arah pembangunan bangsanya, bahkan setelah ia tak ada lagi di dunia ini. Karena sesungguhnya, salah satu tugas utama seorang pemimpin adalah menciptakan pemimpin-pemimpin baru. Hal ini terkait engan sistem yang dibangun. Bahwa seyogyanya, sistem dalam suatu negara tak perlu berubah tiap terjadi perubahan kepemimpinan. Cukuplah pemimpin baru bersikap “legowo” dengan melanjutkan sistem yang telah terbangun sebelumnya, ambil bagian baiknya dengan melakukan modifikasi dan optimalisasi pada poin-poin yang belum optimal. Sebab hal ini juga berkaitan langsung dengan fase-fase ketercapaian visi global dan strategis yang telah dibentuk.
Tentu saja, pemimpin yang menjadi pelaku bukan berarti harus melakukan segala tugas negara sendirian. Lagipula, ia tak akan mampu memiliki segala kompetensi untuk menyelesaikan segala tugas dan urusan tersebut. Maka ia harus mampu mendelegasikan berbagai tugas dan urusan tersebut kepada pihak-pihak yang kompeten serta memiliki kredibilitas dan integritas di bidangnya tanpa membuat mereka merasa terpaksa menjalankannya. Dengan kata lain, konstituen merasa passionate untuk bekerja bersama pemimpinnya. Pemimpin yang mampu menetapkan tujuan, menentukan prioritas, serta menetapkan dan memonitor standar dapat terjadi jika dan hanya jika ia telah memiliki trust and respect. Brecht menyatakan, “Ada banyak elemen dalam kampanya. Kepemimpinan adalah yang utama, selebihnya adalah nomor dua.” Drucker pun menjelaskan, “Kepemimpinan adalah melakukan hal-hal benar.
Kepemimpinan publik dibentuk melalui integrasi kepemimpinan individu. Hanya individu yang telah mampu memimpin dirinya sendiri yang mampu memimpin kelompok orang, terlebih, memimpin sebuah negara. Sistem yang dibentuk harus ditopang oleh individu-individu paripurna. Lebih jauh lagi, kita tentu menginginkan pemimpin yang bersih dan jujur. Bersih dari ambisi pribadinya, dan jujur pada suara hatinya sehingga mampu mendengar suara hati rakyatnya hingga bisikan terlirih mereka yang mengatakan, “Aku hanya butuh tempat di negeriku, untuk tidur malam ini.”
Kesimpulannya, efektivitas kepemimpinan dapat diraih melalui empat kata kunci, yaitu credibility and integrity to build trust and respect. Empat hal inilah yang harus dimiliki dan dibentuk oleh generasi muda Indonesia. Sebab pasti, suatu hari nanti tampuk kepemimpinan bangsa ini akan jatuh ke tangan generasi mudanya. Akhirnya, tentang nasionalisme pemimpin efektif sendiri saya kira dapat terangkum melalui perasaan cinta tanah air dan keberpihakan kepadanya, diwujudkan melalui perjuangan membebaskan tanah air dari cengkeraman penjajahan dalam bebagai wujud dan rupanya, menanamkan kehormatan dalam jiwa putra-putri bangsa, dan dilakukan dengan memperkuat ikatan kekeluargaan antara anggota masyarakat yang dipimpinnya.
Hidup Indonesiaku!
*gileee...mikir apa gue bisa nulis begini....tapi okelah

Ready Already?

When I looked at the girl in the mirrorasking to myself,
"Who will have her then?"

I saw her while asking to herself
"Have you ever think about 'this' before?
She answered,
"Yes, but I'm not sure"

"Have you prepare well?
I mean, you don't even know the certain time, but at least you have to prepare..."

The time?
We'll never be ready even when the time already comes
cause it's not about being ready or not
cause readiness is not a choice, it's a must!
cause the time comes to make us learn,
learn from the real experience

She's still asking,
"Will I be good enough?"
She looked so worry

A second later, she smiled
She said, "I wasn't born as a good already, but I'll learn to be good...
Even for all my lifetime..."

*inspired by Stars Army

Untuk Pertama Kalinya (sangatingindimengerti)

Untuk pertama kalinya
merasa sangat ingin dimengerti
merasa kehilangan banyak sekali energi
untuk mengharmonisasi

Harmonisasi fisik, fikir, dan hati
Jasad, pikiran, dan perasaan
Hff... jangan paksa aku bicara sekarang
karena energiku takkan cukup untu lebih banyak cakap

Karena energi yang terbatas ini telah teralokasikan
untuk melangkah lebh jauh, bergerak makin cepat,
berpikir lebih dalam, berdialektika lebih cerdas,
dan merasa lebih lembut
dan sekali lagi, untuk pertama kalinya, aku sangat ingin dimengerti

biarkan hamba kecilMu yang lemah ini mengeluh

Allah....
untuk sekali ini, biarkan hamba kecilMu yang lemah mengeluh
Allah...
bukan bermaksud enggan atau semacamnya
cuma ingin mengadu lewat tulisan

Perjumpaan denganmu sungguh bermakna
sangat rindu waktu-waktu berkualitas berdua saja

pasti Engkau tahu kegelisahan ini
bahwa sungguh hamba kecilMu yang lemah ini takut
takut mengukur kapasitas diri
bukan banyaknya, atau besarnya, atau bergengsinya tugas yang dikhawatirkan
Tidak... Kau tahu ini sesuatu yang lebih dari itu

Kau tahu, tugas-tugas akademik dan tugas-tugas harian
bukan hal-hal yang cukup berat untuk membebani hati ini
Tidak... Kau tahu ini bukan tentang sesuatu yang epistemis seperti itu

Engkau tahu, sepekan yang lalu,
berada di ruangan itu... rasanya udara seperti kehilangan sekian persen oksigennya

Apa ini?
Apa benar ini nyata? Apa benar aku ada di sana?
Oh tidak, rasanya ingin percaya semua ini mimpi belaka
Terasa berat sungguh... aku tak mau percaya

Sepertinya luas telapak kaki kecil ini harus menopang beban yang lebih berat

Pundak yang lemah ini harus menumpu dalam waktu yang lebih lama
Punggung ini makin sakit menggendong lebih banyak

Sampai hari ini, masih sesak nafas terasa
Tidak.... tidak ingin kukeluhkan semuanya
Tidak.... karena aku yakin semua itu
hanya bisa ditopang lebih kuat
dan ditumpu lebih lama

oleh orang-orang yang kuat
bukan oleh kaum yang manja
"Laayukallifu nafsan illaa wus'aha"

Tapi untuk keterkejutan ini
untuk hati yang masih susah percaya ini
untuk jiwa yang masih menganggap dirinya pergi sejenak dari jasad ketika terlelap
biarkan untuk sekali ini, hamba kecilMu yang lemah mengeluh

Persaudaraan Ini...

Aku ingat,
pertama kali bertemu tak disengaja
tempat tak direncanakan
waktu tak diagendakan
dan kitapun tak saling kenal, tak saling sapa

Waktu berjalan,
tanpa disangka kita kembali dipertemukan
dalam cerita panjang yang disebut perjuangan

Kini,
tak ada lagi aku dan kamu
karena yang ada adalah kita

Waktu-waktu berharga saat bersama
Ada tawa demi tawa
Curahan hat juga tukar pikiran
Hingga perdebatan yang tak jarang mewarnai
Indah persaudaraan ini...

Terima kasih untuk mau melewati bersama
Momen-momen tak terlupa
Bisakah lebih lama?

Jumat, 22 Oktober 2010

Jangan Kau Tanya

Jangan kau tanya
Apa arti hadirmu dalam hidupku
Kau tau, aku takkan bisa menjawab pertanyaan itu

Hadirmu terasa seperti berjuta hal
Barsamamu beribu cerita menyenangkan
Kepadamu kubagi beragam kisah
Canda menggembirakan
Perhatian yang selalu hangat
Darimu aku belajar banyak
Kau tau, aku takkan mampu mengatakannya

Meski tak jarang
Kita berselisih pendapat
Kadang sampai berdebat
Namun saat bersama suasana selalu terasa bersahabat
menyelipkan setampuk rasa
dalam hari-hari penuh warna

Jadi jangan pernah kau tanya
tentang arti hadirmu dalam hidupku

Selasa, 19 Oktober 2010

This Is Me (OST Camp Rock

I've always been the kind of girl
That hid my face
So afraid to tell the world
What I've got to say
But I have this dream
Right inside of me
I'm gonna let it show, it's time
To let you know
To let you know

This is real, this is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me

Do you know what it's like
To feel so in the dark
To dream about a life
Where you're the shining star
Even though it seems
Like it's too far away
I have to believe in myself
It's the only way

This is real, This is me
I'm exactly where I'm supposed to be, now
Gonna let the light, shine on me
Now I've found, who I am
There's no way to hold it in
No more hiding who I want to be
This is me

Women

Sebagai seorang wanita, saya tidak memungkiri bahwa wanita memang sulit dimengerti

Kekuatan seorang wanita ada di balik kelemahannya

Seperti dua sisi mata uang

Tapi pada dasarnya,

Kekuatan dan kelemahan wanita adalah sama,

pikiran dan perasaannya sendiri


All you have to be is yourself. Everything in your history lives and breathes in you. You're unique, you're special. That's what makes you strong.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Collective Achievement and Me

Hmm...
Pencapaian kolektif
Satu hal yang sangat kupikirkan belakangan ini

"Sabarlah cipi, kita ini marathon bukan sprint"
Nasehat yang cukup menghibur


Saya mengerti
Untuk mendapatkan pencapaian kolektif
Harus punya visi kolektif

Dan kau tau saudaraku?
Visi kolektif ini tidak tercapai secara instan
Perlu perjuangan ekstra dan waktu yang panjang
Maka yang  kita perlukan adalah endurance
dan strategi untuk berjuang hingga akhir
seperti yang dilakukan para pelari marathon

Bukan hasil yang dapat dicapai dalam jarak dekat
dalam waktu yang singkat
seperti para pelari sprint
Cepat itu baik
Tapi bisa bertahan melampaui masa jauh lebih penting

Jumat, 15 Oktober 2010

Ponder


Sesak dan terserak
Sempit dan terhimpit
Sampai susah bernafas

Harus sering-sering menghela dalam-dalam
panjang…
Cuma bisa bilang
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un…

 Takut...
 Apabila semuanya tak jadi lebih baik karenaku
Integritas ini taruhannya
Dan kredibilitas yang hingga saat ini tak pernah kucederai

 Hff...
Proses kalibrasi ini menyakitkan
Rasanya belum sembuh benar
Bekas-bekas iritasinya masih perih dan rawan luka

Tapi saat ini aku dituntut
untuk berlari kencang di atas kerikil-kerikil tajam
di bawah paparan jahat sinar matahari
Mampukah???

Kamis, 14 Oktober 2010

Apa kabar sayang?

Apa kabar sayang?
Dulu aku selalu punya waktumu
Sekarang tidak lagi

Bagaimana keadaanmu kini?
Masih sempatkah bercengkrama dengan mimpi-mimpi?
Ataukah semuanya kau biarkan begitu saja diterbangkan angin
seperti layang-layangmu yang putus dulu?

Sekarang,
apa kau tak akan membiarkanku tau apa yang terjadi pada malam-malammu?
Atau tak maukah kau biarkan aku ikut mengisi siang-siangmu?

Sayang,
Setidaknya dulu aku tau kabar siang dan malammu
Kini tinggal kelam menyeimuti bayangmu di waktu-waktu itu
Apa kini aku benar-benar tak bisa memiliki dirimu
walau hanya sebagian amat kecil?

Apa kini duniamu terlalu menyenangkan
hingga membuatmu lupa padaku?
Tak pernah teringatkah olehmu?
Tentang mimpi-mimpi yang kau ceritakan padaku di atas sepeda dulu?

Kau tau?
Aku cemburu
pada apa saja yang telah merebut waktumu dariku

Kau tak lagi berkeluh kesah manja padaku
Apalagi menceritakan segala isi hatimu

Tak ada lagi kisah mimpi-mimpi
Kadang yang kuterima hanya emosi

Tak apa, aku paham
Kau tak perlu dewasa sebelum waktunya
Tapi paling tidak
Biarkan aku ada kembali dalam hidupmu

Kau tau adikku sayang?
Sungguh aku merindukan saat-saat berbagi bersamamu

Bolehkah aku bertanya pada angin malam dan kabut fajar
yang kutitipi rindu untukmu?

*wajah ini sudah basah, tak sanggup lanjut menulis

Rabu, 13 Oktober 2010

What I've Done

In this farewell
There's no blood
There's no alibi
Cause I've drawn regret
From the truth
Of a thousand lies

So let mercy come
And wash away

What I've done
I'll face myself
To cross out what I've become
Erase myself
And let go of what I've done

Put to rest
What you've thought of me
While I've cleaned this slate
With the hands
Of uncertainty

So let mercy come
And wash away
 
For what I've done
I start again
And whatever pain may come
Today this ends
I'm forgiving what I've...Done

I'll face myself
To cross out what I've become
Erase myself
And let go of what I've done

*Linkin Park

Senin, 11 Oktober 2010

Menunggu

Menunggu... seperti menorehkan luka biru di hatiku
Nanar dan semakin ngilu
Bertanya pada sejuta ragu
"Sampai kapan kau mau menghantuiku?"

Aku jemu dan lidahku semakin kelu
Ingin sekali rasanya membunuh sang waktu
Biar ia berhenti berdetak dan terus membisu
Biar, biarkan saja hanya aku dan semu
di ruang paling ujung hatiku

???

Tadi pagi-siang praktikum
Ada temen nyoba2 ilmu menganalisis orang...
Dan saya salah satu korban 'percobaannya'

Hadeuh...

Dia bilang,
"Lo mikirnya berat ya? Kalo ngelakuin sesuatu juga setingkat lebih tinggi dari temen2 sebaya lo!"

Tiba2 ada yang nyaut,
"Itu sih kita semua udah tau. Yang laen dong! Apa yang lo liat dari Cipi?"

"Apa ya? Kayak ada kesedihan jauh di dalem diri dia yang gak bisa dibagi sama orang laen. Tapi mungkin karena dia gak mau mikirin kesedihan itu, makanya dia terus-terusan ngejar banyak hal,fokus bikin ini-itu..."

Hmm... Jadi mikir, "Emang iya keliatan gitu ya?"

Menurut saya... mungkin dia ada benarnya.
Ada yang saya simpan sendiri, karena memang tak perlu dibagi, tak menginspirasi.
Tapi bukan kesedihan, hanya memang ada yang tak bisa diceritakan.

Menenggelamkan diri dalam karya-karya.
Karya-karya yang...mungkin bagi sebagian orang tampak seperti pelarian dari kesedihan.
Karya-karya yang bagi saya menjadi ambisi dan misi.
Cita-cita...

Mungkin sebenarnya jiwa melankolis saya cukup tinggi, tapi saya mau jadi orang kuat!

Saya anak pertama.
Mungkin itu faktor utamanya.
Tahukah kawan, tak mudah bagi seorang perempuan jadi anak pertama.
Apalagi dengan dua orang adik yang masih kecil.

Tidak...tidak...
Saya tidak mau mengeluh, saya sayang mereka lillahi ta'ala
Seperti apapun kondisi mereka.

Cuma...
Memang tak mudah...
Entahlah!
Orang tua sepertinya punya banyak tuntutan
Tapi bahkan mereka tak akan berani menyatakannya

Entahlah!

Jadi biarkan saja saya tetap berkarya
dengan karya-karya yang kan menjadikan saya sosok sejarah di masa depan
atau setidaknya
menjadi otentisitas bukti bahwa saya pernah ada di dunia ini.

Entahlah!

Mungkin karena saya tidak bisa membuat langkah-langkah besar untuk menjawab segenap harapan yang tertumpu di pundak,
Maka hanya karya-karya itu yang saya buat.
Jadi biarkan saya berkarya
Mungkin dalam dunia yang tidak kalian mengerti

Tapak-tapak yang melangkah kecil-kecil dan tertatih
pelan dan perlahan
Apa yang bisa dilakukan dengan semua itu?
Tak banyak...

Tapi biarlah ada karya-karya itu

Rabb...sepertinya makhluk kecilmu ini terlalu manja

Tapi paling tidak,
meskipun tak menceritakan pada kalian
Cukuplah saya bisa jujur pada diri saya sendiri

Dzahirnya kuat
Bathinnya juga harus kuat

Satu hal yang paling kuharapkan dari karya-karya itu
Semoga bisa membawa diri ini
Lebih mencintaiMu dari waktu ke waktu


"Sering kita merasa TAQWA, tanpa sadar terjebak rasa, dengan sengaja mencuri-curi, diam-diam ingkar hati. Pada ALLAH mengaku CINTA walau pada kenyataannya pada HARTA pada DUNIA tunduk seraya menghamba" -raihan-

Jauhkan hamba dari yang demikian Yaa Rabb...

Minggu, 10 Oktober 2010

Sedikit Muhasabah

Dua malam ini
Tidur lebih awal
Entah karena lelah atau karena demam tak mau berkompromi
Karya-karya itu kubiarkan menggantung begitu saja
Tersimpan dalam draft-draft di laptop

Bukan itu yang aku khawatirkan
Terlebih karena dalam dua malam ini
Aku tak bisa terjaga lebih awal
Tetap saja baru terbangun ketuika adzan

Bersyukur tidak ketinggalan subuh
Tapi aku khawatir
Takut...

Khawatir kadar cintaku berkurang padaMu
Takut kadar penghambaanku mulai berkurang padaMu

Ya Illahi...
Laa hawla wa laa quwwata illaa billaah...
Ssungguhnya tiada daya dan upaya selain dariMu

Ya Illahi...
Aku hanya ingin rasa cinta
yang membawaku lebih dekat dengan cintaMu
dan ingin selalu rindu
untuk lebih menghamba padaMu

Untukmu Saudariku

Saudariku,
Aku mohon maaf atas kerasnya sikapku padamu
Atas segala hal tentangku
yang menimbulkan keterpaksaanmu
Bahkan melukai hatimu

Mungkin aku pernah membuatmu marah
Atau membuat air matamu tak sengaja tumpah

Kau tau?
Semuanya kulakukan untuk menjaga hatimu
Mungkin memang begitu caraku
untuk mengungkapkan sayangku padamu

Saudariku,
Sungguh aku menyayangimu
Tak ada maksud lain di hatiku
Selain untuk melindungi hatimu

Sifat melankolismu
Perasaan sensitifmu

Biarkan aku tau
Bagaimana cara menguatkan hatimu?