Minggu, 19 September 2010

My Words...

Kau bukan seonggok jasad tanpa nyawa. Ruhmu begitu hidup, namun manifestasi dari eksistensi keberadaanmu seringkali tak terbaca. Impuls saraf otakmu bekerja dalam senyap, namun gerak langkahmu berderap dalam hiruk-pikuk kebingungan massa. Membangunkan yang tertidur, menggerakkan yang berdiam, menenangkan yang bergemuruh. Tulisan adalah penyambung lidahmu, retorika tajam adalah bahasamu.


Aku jatuh cinta... pada setiap kata yang dibisikkan oleh angin senja, pada tenangnya lautan yang menyimpan rahasia teramat dalam, pada gemerisik daun yang menyanyikan melodi terindah dari alam, pada tingginya gelombang yang menghantam kokohnya karang, pada wangi surga yang sebagiannya dititipkan pada bunga2, pada tegaknya gunung menantang masa. Aku jatuh cinta pada Bumi kita...


Memang benar bahwa ilmu adalah lentera... dan mereka yang membagi ilmunya, berarti telah memberi cahaya melalui lentera abadi yang ia bawa. Terima kasihku padamu wahai pembawa ilmu, penebar cahaya yang menghangatkan labirin fikir dan hati bagi mereka yang mau menerima ilmu sebagai kebenaran ^^


Hujan yang meneduhkan dan ketenangan malam tak
mampu membuat mata ini terpejam. Fikir ini tak dapat berhenti, terus
mengalir mengikuti fitrahnya untuk menenun mimpi dalam tiap helai
pemikiran yang tak mau dikusutkan... Hati ini basah... basah oleh
inspirasi yang mengalir deras dari hulunya, tak ada muara dari inspirasi...
pemikiran ini, selain.... ustadziatul alam...


Terima kasih atas doa dan cinta yang selalu teriring untuk menguatkan langkah kaki yang enggan goyah... Inspirasi untuk menulis terbit kembali, mendahului terbitnya sang fajar yang menandai deklarasi lahirnya hari baru yang harus disi dengan sepenuh hati.


Riak Thames tak selembut dulu. Gemericik Trafalgar fountain terdengar tak seramah dulu. Cahaya keemasan lapu-lampu jalanan bersangkar kotak tak sehangat dulu. Hanya merahnya senja kota terasa merih, dan kabut jalanan mengaburkan realita atas ambiguitas perputaran masa. Tak lagi dapat diterjemahkan seperti dulu.


Ketika sebuah mimpi berdinamika, ia akan mengajak
mimpi2 yang lain ikut beresonansi, meski hanya dalam sinaps dan
genggaman tangan.


Sejatinya jiwa seorang pahlawan itu senang memelihara dan mengembangkan ummat... Ia tak akan pernah merasa waktu2 yang ia berikan untuk hal tersebut telah menyita habis seluruh waktu untuk dirinya sendiri, atau merebut segala perhatian untuk dirinya sendiri.


Adalah tugas ilmuwan untuk mencari kebenaran. Namun secara non-tipikal, mereka yang membawa kebenaran selalu punya penentang. Masalah penerimaan bahkan terkadang membawa mereka ke area berdarah2. Bagaimanapun, merindukan kebenaran juga menjadi fitrah manusia. Sampai manusia menerima dan meyakini kebenaran sebagai kebenaran, bahkan tugas ilmuwan tak pernah berakhir.


Pergilah merantau sejauh kakimu mampu melangkah, selamilah lautan sedalam kau dapat memikirkannya. Sebab berdiam bukan hanya versus dari beraktivitas, ia adalah pembunuh dengan onset lambat tapi pasti. Bergeraklah! Biarkan badai2 itu berkecamuk. Tidak ada kehidupan tanpa entropi.


Butuh lebih dari sekadar kecerdasan dan kematangan fikir, tetapi juga keyakinan hati tanpa ragu sedikitpun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar