Rabu, 24 November 2010

Belajar Bagi Waktu (Versi Bener)

Hmm... Terinspirasi dari sahabatku yang juga seorang 'pemimpin'. Dia ini...pemimpin yang bisa membawa organisasi yang dipimpinnya menduduki tangga kesuksesan tingkat atas. Intinya, banyak pencapaian yang diperoleh organisasinya selama masa jabatannya.
Tapi...di akhir pengurusan dia menangis padaku dan mengadu, "Bingung...gak tau lagi nih. Penerus-penerus di organisasi gue gak terlalu bisa diharapkan. Gue khawatir ngelepas mereka, tapi gue juga gak mungkin tinggal di situ terus..."
Nah lho....

Hmm... Aku juga pernah mengalaminya sih. Takut, bener2 takut rasanya memikirkan hal ini. Tapi sebaliknya, aku juga pernah mendapati kondisi organisasi yang krisis kepemimpinan, bahkan, aku pernah mengalami kondisi mendapat 'warisan' kondisi organisasi yang banyak masalah. Aku tau gimana rempong dan riweuhnya...

Pada kondisi yang disebutkan terakhir, wajar jika dalam satu periode kepengurusan setelah diwarisi timbunan masalah itu, tak banyak prestasi yang bisa ditorehkan dalam suatu organisasi, Namuan akan menjadi uar biasa apabila jika setelah mengalami masa-masa ini, pemmpin suatu organisasi dapat mewariskan suatu kondisi yang memungkinkan terciptanya iklim yang mendukung terwujudnya pencapaian berkelanjutan bagi organisasi yang dimaksud.

So, inti dari tulisan ini sebenarnya adalah tentang pencapaian dan kaderisasi. Ah bukan, pencapaian vs kaderisasi. Pembaca pasti sepakat bahwa keduanya penting. Namun jika terpaksa diminta memilih mana yang lebih penting, saya akan memilih kaderisasi.

Sebenarnya, kedua hal di atas bisa disinergikan lho Beneran! Jika pemimpin bisa membagi waktu dengan baik dalam satu periode kepengurusannya, kapan dia harus action dan meraih pencapaian optimal, kapan dia harus benar-benar fokus meng-kader. Well anyway, proses kaderisasi sendiri faktanya memang tidak instan, butuh waktu lama dan proses bertahap, bahkan mungkin memerlukan waktu sepanjang masa kepengurusan.

Maka melihat fakta ini yang diperkuat dengan contoh kasus di atas, saya merekomendasikan: Jika organisasi Anda dalam keadaan krisis, perkuatlah kaderisasi. Ya, tak apalah jika untuk sementara kita tidak memaksakan diri melaksanakan berjuta program yang "wah" tapi kondisi kaderisasi berantakan.

*udah dulu ah, ngantuk, masih banyak yg pengen ditulis karena ini masih terlalu implisit, to be continued lah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar